Agresi Rusia terhadap Ukraina menjadi indikator penting mengenai keberadaan agenda keamanan dalam pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Denpasar, Bali. Masuknya perang itu ke dalam agenda menunjukkan tidak dapat dipisahkannya isu ekonomi dengan politik/keamanan di forum G20.Â
Walaupun G20 pada dasarnya merupakan forum ekonomi di antara negara-negara anggotanya, forum itu tak pelak harus membicarakan berbagai isu internasional yang sedang berlangsung.
Seperti pada 2021 lalu, agenda G20 pada keketuaan Italia diwarnai oleh berbagai upaya untuk memulihkan perekonomian global. Urgensi tema itu masih tampak kental pada tema G20 pada Presidensi Indonesia di 2022 yang dimulai pada November 2021 lalu, yaitu recover together, recover stronger.
Pada galibnya, agenda G20 juga harus mengakomodasi pengaruh perang Rusia-Ukraina terhadap berbagai agenda pertemuan forum ekonomi internasional itu. Perang Rusia-Ukraina ---yang berkepanjangan sejak 24 Februari lalu hingga sekarang--- perlu direspon oleh negara-negara anggota G20, termasuk pada pertemuan Menteri Luar Negeri mereka.
Menariknya pertemuan tersebut setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini.
Pertama, pertemuan itu akan menunjukkan sejauh mana diplomasi Indonesia dalam mengakomodasi kepentingan negara-negara anggota G20. Akomodasi kepentingan ini menjadi sangat urgen mengingat Indonesia harus mampu mengatur dan mempertemukan berbagai kepentingan yang berbeda.
Walaupun semua negara cenderung sepakat pada sebagian besar isu-isu pembicaraan di G20, kenyataan menunjukkan bahwa mereka tidak sepakat pada kehadiran perwakilan Rusia.Â
Sidang menteri ekonomi dan gubernur Bank Sentral beberapa waktu lalu menunjukkan perwakilan beberapa negara walk-out ketika perwakilan Rusia menyampaikan pandangannya.
Indonesia tentu saja tidak menginginkan kejadian itu terulang lagi. Kehadiran Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken, Menlu China Wang Yi, dan Menlu Rusia Sergei Lavrov tentu saja sangat ditunggu oleh banyak pihak dalam agenda pembicaraan mengenai potensi kerja sama dalam perubahan iklim, kesehatan global, dan kontra-narkotika.
Faktor kedua adalah pertemuan itu juga untuk pertama kalinya mengundang Ukraina, walaupun negara itu bukan anggota G-20. Menlu Ukraina Dmytro Kuleba diundang ke pertemuan tingkat menteri G20 setelah negara itu ditetapkan sebagai calon anggota Uni Eropa.