Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kontribusi Diaspora Indonesia bagi Naturalisasi Pemain di Era Shin Tae-yong

20 Januari 2022   21:53 Diperbarui: 21 Januari 2022   05:27 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kebijakan penting dalam sepakbola Indonesia masa kini adalah program naturalisasi pemain. Pelatih Tim Nasional (timnas) Indonesia Shin Tae-yong juga sepakat dengan kebijakan itu.

Meski begitu, program naturalisasi ini tampaknya berbeda dengan program serupa di masa lalu. Sekarang, program itu lebih ditujukan untuk merekrut pemain diaspora Indonesia, bukan pemain asing seperti dulu. Jadi, sasaran naturalisasi memang berbeda.

Alasan

Ada dua (2) alasan penting yang setidaknya berkontribusi pada naturalisasi pemain dari pelatih Shin.

Pertama, ada kecenderungan bahwa kepelatihan Shin Tae-yong di timnas memang tidak dimaksudkan secara khusus untuk membangun sistem sepakbola masa depan Indonesia. Shin dikontrak hingga akhir 2023 untuk secara khusus mempersiapkan timnas Indonesia U-18, U-20, U-23, dan senior untuk berbagai kompetisi regional dan internasional.

Dengan kata lain, pemerintah dan organisasi sepakbola nasional negeri ini (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau PSSI) ingin Shin membawa kemenangan bagi timnas Indonesia. Sekali lagi, 'hanya' itu misi khusus yang dibebankan pada coach Shin.

Tujuan kemenangan itu tentu saja sangat wajar mendorong pelatih Shin melakukan program gerak cepat. Akhir tahun 2023 hanya tersisa 23 bulan lagi. Shin tidak mungkin membangun peta jalan sistem persepakbolaan nasional berkelanjutan. Shin sangat memahami kepentingan jangka pendek pemerintah Indonesia dan PSSI, yaitu kemenangan bagi timnas.

Kedua, apalagi negara besar dengan 270 juta lebih penduduk ini selalu kesulitan menorehkan kebesarannya dalam preatasi bergengsi di bidang sepakbola. Berbagai masalah lain juga ikut membuat Indonesia terpuruk dalam mencatatkan tinta emas Di cabang olahraga (cabor) ini.

Oleh karena itu, Shin mencoba cara baru dalam naturalisasi pemain. 

Diaspora Indonesia

Cara baru itu adalah naturalisasi diaspora Indonesia. Diplomasi Indonesia yang membumi (down-to-earth diplomacy) menekankan peran penting individu atau kelompok individu dalam hubungan antar-negara. Sebuah negara dapat memanfaatkan warganegaranya yang tinggal di negara itu untuk mengkomunikasikan kepentingan nasionalnya dengan warganegara di negara itu.

Perkembangan diplomasi itu dikenal dengan diplomasi antar-warganegara atau people-to-people diplomacy. Melalui diplomasi semacam itu, diaspora Indonesia dapat memberikan kontribusi melalui sepakbola. Mereka tidak hanya membawa identitas Indonesia-nya dalam bersepakbola di luar negeri.

Lebih jauh, diaspora Indonesia juga dapat membela timnas berlaga membawa bendera Indonesia berlaga melawan tim-tim nasional negara lain.

Diaspora Indonesia ini yang disasar secara khusus oleh pelatih Shin dalam program naturalisasinya. Program naturalisasi pemain di Era Shin Tae-yong memang menarik dan perlu mendapat dukungan.

Permintaan pelatih Shin Tae-yong adalah kebebasan untuk menaturalisasi banyak pemain. Salah satu tujuan pentingnya adalah menutupi berbagai kelemahan pemain di timnas Indonesia.

Naturalisasi pemain ini memang diakui merupakan jalan pintas untuk mendongkrak prestasi timnas. Program ini memang tidak natural alias hanya memanggil pemain diaspora Indonesia di luar negeri. 

Bagi Shin Tae-yong, kualitas pemain lokal Indonesia masih jauh dari standar permainan internasional. Tidak ada cara lain demi memetik kemenangan bagi timnas sebelum kontraknya habis. Cara instan ini diambil dengan memanggil pemain-pemain berketurunan Indonesia yang berkompetisi di berbagai klub di Eropa.

Kualitas pemain yang ingin dinaturalisasi oleh Shin Tae-yong memang cukup bagus. Empat pemain berdarah Indonesia di Eropa yang disodorkan Shin Tae-yong ke PSSI adalah Sandy Walsh, Jordi Amat, Mees Hilgers, dan Kevin Diks. Jordi Amat, misalnya, memiliki pengalaman panjang merumput di Liga Primer Inggris. Tidak ada alasan lain bagi Shin memenangkan kualifikasi Piala Asia 2023, kecuali menambah skuad timnas.

Memang program naturalisasi tidak selalu berhasil. Contohnya, Ezra Walian yang dinaturalisasi ternyata tidak dimainkan secara reguler sebagai pemain inti pada Piala AFF yang lalu. Segala sesuatu memang selalu memiliki dua sisi baik dan buruk.

Dalam situasi ini, sisi negatif dari program naturalisasi pemain diaspora Indonesia tetap menjadi semacam peringatan. Namun demikian, aspek negatif itu jangan menjadi penghalang pelaksanaan program itu. Kita perlu fokus dan percaya pada pelatih Shin Tae-yong. 

Pada saat ini, sisi positif dari naturalisasi pemain keturunan Indonesia atau diaspora itu justru perlu ditingkatkan. Sebagaimana kontraknya, pelatih Shin sangat diharapkan membawa timnas Indonesia memenangkan berbagai laga sepakbola internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun