Setelah gagal melobi negara-negara anggota ASEAN dan berakibat Myanmar tidak hadir di KTT ASEAN-China, apa yang sebaiknya dilakukan China?Â
Salah satu jawaban paling realistis adalah China membujuk Myanmar agar layak hadir di berbagai pertemuan di tingkat ASEAN dan pertemuan dengan mitra strategisnya, termasuk China.
Selama Myanmar tetap bersikap keras tidak memenuhi 5 Poin Konsensus ASEAN, maka ASEAN menetapkan perwakilan non-politik sebagai wakil Myanmar di ASEAN.Â
Konsensus itu merupakan hasil pertemuan khusus yang telah disepakati bersama oleh para pemimpin ASEAN, termasuk Jenderal Min Aung Hlaing. Akibatnya, pemimpin militer Myanmar itu tidak diizinkan hadir pada KTT ASEAN-China.
Walaupun demikian, Presiden China Xi Jinpin tetap membuka KTT ASEAN-China pada 22 November 2021. Walaupun agak terganggu dengan ketidakhadiran Myanmar, KTT itu merupakan peringatan 30 tahun kerja sama ASEAN-China.Â
Ketidakhadiran Myanmar ini merupakan yang pertama kalinya sejak China menjadi mitra wicara ASEAN pada 1991. Sementara itu, KTT ini menandai ketidakhadirannya yang kedua sejak Myanmar menjadi anggota ASEAN pada 23 Juli 1997.
Yang menarik adalah bahwa KTT tersebut tetap diadakan setelah China gagal menjalankan diplomasinya terhadap negara-negara anggota ASEAN. Diplomasi China menemui jalan buntu.Â
Lima negara menolak keras kehadiran wakil Myanmar. Beberapa negara lain tidak memberikan respon, dan dua negara lain tampaknya mendukung upaya China. Demi KTT tetap diselenggarakan, China memilih memenuhi pandangan tegas ASEAN.
Dapat dipahami bahwa China sangat berkepentingan Myanmar hadir di KTT dan berada di antara negara-negara anggota ASEAN lainnya. Kepentingan China terhadap Myanmar tampak pada tiga kenyataan ini.