Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anjing..., Namanya

12 November 2021   19:49 Diperbarui: 12 November 2021   19:52 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa angin, juga hujan tiada. Tetiba saja sebuah bayangan hitam berkelebat melewati pojok tenda. Dengan sedikit memicingkan mata, mas Dab mampu menangkap bentuk kaki bayangan itu. Berkaki empat.  

Entah ilmu apa yang mas Dab miliki. Yang pasti dia biasa makan bentuk bayangan itu. Melunak sudah degup jantungnya. Begitu pula jenggirat kagetnya melemah. Naluri awasnya segera berhenti.

Aman, pikirnya. Konon, segala yang berkaki itu dapat dianggap aman. Sebaliknya bakal menyeramkan. Tanpa membiarkan waktu bernafas, mas Dab terus memasak. Tanpa ragu, apalagi takut.

Temaram malam disinari bulan. Membungkus dinginnya badan. Perut terasa melolong, lapar. Sementara masakan masih jauh dari sempurna. Berbekal kayu dan dedaunan kering.

Tadi Mas Dab menyambar daging di plastik. Letaknya yang jauh dari bahan makan lain tidak membuatnya ragu menggapainya. Makan berlauk daging sungguh pas di malam dingin. 45 menit sudah panas membarai daging itu. Terasa lunak dagingnya. Meresap sudah bumbunya. Semua sudah ada di plastik itu. Mas Dab cuma cemplung-cemplung memasukkan semua itu ke panci masak.

Kemah semalaman terasa menyenangkan. Lega setelah setahun lebih terperangkap di rumah. Semua itu gegara Covid-19. Apalagi makan malam daging menggenapkan kegembiraan mas Dab dan kawan-kawan. Lelah masak tak terasa. Makan kenyang malah mengantukkan. Lelap tidur berperut penuh. Apalagi yang mereka dustakan.

Sinar pagi pun membangunkan mereka. Mas Dab mencari si Anjing. Itu nama hewan kesayangannya. Dipanggilnya si Anjing. Bersahutan suaranya dengan kokok ayam. Tanpa tanda anjingnya mendatanginya.

Seketika mas Dab kaget bukan kepalang. Otaknya mengingat daging santapan makan malamnya. Dia pun berteriak "Anjiiiiiinnnnggggg....." Entah apa yang dirasakan perutnya... Lidahnya pun kelu dengan memori rasanya...

Catatan: Mohon maaf, tulisan ini fiksi semata. Jika ada kesamaan dengan fakta, itu kebetulan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun