Dengan uang Soros itu, pengusaha besar itu bisa mendekat ke Presiden Gus Dur. Dia dianggap berjasa menyelamatkan atau membeli banyak perusahan yang limbung gegara krisis. Salah satu perusahaan yang dibeli itu adalah milik salah satu anak keluarga Cendana
---
Berangkat dari bandara Jakarta di malam hari jam 7an. Tiba di Franfurt pagi jam 6an, tapi harus heboh dulu di pemeriksaan imigrasi. Seperti telah diduga sebelumnya, mas Dab sudah siap-siap dengan strategi khusus supaya seblak itu selamat alias tidak dirampas petugas imigrasi.Â
Setelah paspor diperiksa, mas Dab dibawa ke ruangan khusus dengan beberapa penumpang lainnya. Laptop dikeluarkan, lalu diperiksa keaslian software. Untungnya, semua software di laptop itu gratisan. Tapi justru setelah itu mulailah kehebohan di bandara.
Hebohnya adalah pas mengeluarkan laptop itu. Petugas menemukan pakaian dalam alias CD. Itu barang-barang pribadi miliki istri dan empat anak mas Dab! Waduh... barang-barang di bagasi itu diodhal-adhul. Petugas itu heran mungkin ya...kenapa ada di koper, padahal orangnya tidak ada. Ya, mas Dab terpaksa menjelaskan pakai bahasa Inggris, sedangkan si petugas menjawab dengan cengkok Jerman yang kaku.
Lha buat mas Dab, pakaian dalam itu harus dibawa untuk obat kangen ke orang-orang di rumah di Ungaran, sebuah kota kecil di Kabupaten Semarang. Sebaliknya juga buat anak-anak tidak kangen ke bapaknya. Wah malu juga dilihatin orang-orang lain di sekitar. Untungnya...sekali lagi...untungnya, itu pemeriksaan software laptop saja.Â
Untungnya lagi, tangan petugas imigrasi tidak meraba bagian bawah bagasi tempat si seblak disembunyikan. Barang panjang itu terpaksa dilengkungkan supaya muat di bagasi. Akhirnya, semua pakaian dalam dan seblak itu bisa lolos dari imigrasi bandara Frankfurt. Lega sudah mas Dab.
Tiba di bandara Budapest pagi jam 10an lewat Frankfur jam 6an. Dari bandara, mas Dab langsung dijemput pihak sponsor untuk diantar ke hotel kampus CEU. Masih hari Minggu, masih ada waktu jalan-jalan di sekitar hotel. Secepatnya mas Dab ‘survei’ ke lingkungan di sekitar hotel, siapa tahu ada toko 24 jam atau gerai cepat saji untuk membeli kebutuhan harian.
###
Selama 5 hari kursus di CEU, mas Dab perlu mencari waktu menitipkan seblak kasur itu ke teman mas Sis. Alamatnya beberapa blok dari KBRI Budapest. Dari jadwal kegiatan kursus, cuma hari Senin siang atau sore di hari pertama itu yang waktunya fleksibel.
Mas Dab balik ke hotel untuk mengambil seblak itu. Muncullah masalah bagaimana membawa seblak kasur yang panjang itu. Seblak tidak bisa masuk ke tas selempang, jadinya terpaksa dibungkus koran bekas dan dibawa begitu saja.
Sambil tanya ke sana-sini, mas Dab janjian ketemu mas Andi, sohib mas Sis, di depan KBRI Budapest. Perlu naik 2 tram dan 1 bis umum untuk sampai ke sana. Setelah 2 jam perjalanan, mas Dab turun dari bis pas di depan gedung KBRI dan ketemu mas Andi.