Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Urgensi Kearifan Lokal dalam Mencegah Banjir

12 Januari 2021   16:06 Diperbarui: 12 Januari 2021   16:09 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah Diary kuliah hari ke-4

Pagi ini tumben cuaca cerah. Sinar matahari sudah mulai panas sejak jam 7an tadi. Kelihatannya hari ini bakal panas, tapi siapa tahu jam 15an sore nanti hujan. Sudah hampir seminggu ini, hujan menjadi rutin di sore hari. Walaupun daerah sekitar tidak banjir, kewaspadan terhadap banjir memang tetap harus ada.

Diary kuliah hari ini membahas banjir sebagai tema pilihan blog competition. Agar bahasan agak berbeda dari tulisan-tulisan lain, saya membahasnya dari aspek kearifan lokal dalam pencegahan banjir. Harapannya adalah kearifan lokal tetap dapat dirawat, dipertahankan, dan dilestarikan sebagai bagian dari partisipasi masyarakat dalam pencegahan bencana, termasuk banjir.

Lokalitas
Manu­sia memiliki cara ter­sendiri yang unik dan berbeda-beda untuk mencegah sebuah masalah terjadi, termasuk  bencana banjir. Cara-cara tradisio­nal atau lokal untuk mencegah bencana (miti­gasi bencana) secara tidak langsung diwaris­kan turun-temurun ke anak-cucu. Selanjutnya, cara-cara itu berkembang men­jadi kebiasaan lokal atau setempat, yang dikenal dengan 'ke­arif­an lokal'.

Yang menarik adalah cara atau strategi penanggulangan bencana tidak lagi hanya berkaitan dengan pembangunan fisik. Keperluan untuk mendorong partisipasi masyarakat telah menunjukkan bahwa penanggulangan bencana banjir telah merambah kepada aspek-aspek sosial.

Ada urgensi untuk memasukkan atau melibatkan persepsi individu atau masyarakat tertentu dalam strategi penanggulangan bencana banjir. Bencana bukan lagi dianggap sebagai bahaya yang menempatkannya sebagai sesuatu yang mustahil untuk dikelola. Akan tetapi, bagaimana kemudian  menempatkan unsur keselamatan (safety) dalam kearifan lokal mengenai penanggulangan bencana.

Kearifan lokal merupakan pengetahuan dan praktek mengenai sesuatu hal yang berasal dari suatu daerah (lokal, setempat). Sesuatu hal itu dapat berupa cara-cara lokal dalam mencegah banjir. Lokalitas dalam pencegahan banjir ini sangat menarik mengingat hal ini dapat membantu kita mengetahui sejauh mana masyarakat terpengaruh oleh cara-cara modern dalam mencegah banjir. Pengaruh itu dikawatirkan mengurangi atau menghilangkan/mengganti kearifan lokal.

Namun demikian, era global ternyata memungkinkan segala sesuatu dari sebuah daerah terpencil di negara lain dipraktekkan di daerah lain di negara berbeda. Globalisasi memungkinkan praktek dan pengetahuan lokal ditransfer ke daerah lain. Strategi atau cara yang telah berhasil di sebuah tempat diberi peluang dipraktekkan di daerah lain dalam bingkai 'lesson learned'.

Bukan nasionalisme atau identitas nasional yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menerima atau menolak sesuatu. Kedua hal itu perlahan tidak berlaku lagi. Faktor fungsionalitas yang lebih dipertimbangkan. Sejauh mana sesuatu itu (pengetahuan atau praktek) bisa berfungsi dan memberi manfaat lebih besar menjadi pedoman di sebuah masyarakat untuk menerima atau menolaknya.

Masalah
Perkembangan ini menyebabkan lokalitas yang telah berakar lama di sebuah daerah berpotensi dipengaruhi oleh lokalitas lain yang berasal dari tempat lain. Padahal struktur sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang berbeda yang seharusnya dipertimbangkan. Akibatnya, kearifan lokal harus dipertaruhkan dan kadangkala harus dikalahkan demi strategi lain yang baru dan terbukti berhasil.

Dalam konteks ini, globalisasi telah menjelma menjadi desa global (global village). Dunia tidak lagi dibatasi oleh wilayah-wilayah negara. Sebaliknya batas-batas negara akan berangsur hilang, sehingga dunia menjadi satu desa, yaitu desa global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun