Menuliskan harapan-harapan di tahun baru 2021 ini tentu saja belumlah terlambat. Sependek pengetahuan saya, tidak ada kata terlambat untuk membuat rencana atau harapan. Walau tahun 2021 baru berjalan sembilan hari, optimisme dan antusiasme telah mendorong harapan-harapan ini tetap perlu dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Dengan cara ini, saya dapat membacanya lagi pada suatu saat nanti sebagai sebuah komitmen yang harus diwujudkan.
Harapan di 2021 ini adalah bisa mempertahankan konsistensi menulis setiap hari di Kompasiana. Ada banyak hal yang bisa dijadikan sebagai ide untuk menulis, termasuk yang berkaitan dengan Hubungan Internasional.
Apalagi suasana work from home (WFH) cenderung mendukung kemungkinan harapan ini bisa dilakukan. WFH membuat semua kegiatan bisa dijalankan di rumah. Dengan berbekal pengalaman WFH di sepanjang 2020 yang lalu, harapan-harapan ini bukanlah sesuatu yang muluk-muluk. Namun demikian, antisipasi terhadap kemungkinan muncul hambatan dalam mewujudkan harapan tetap perlu dilakukan.
Salah satu antisipasinya adalah berada di Kompasiana:) Dengan bergabung di blog keroyokan ini, salah satu pelajaran menarik adalah bisa belajar bahwa tulisan tidak melulu harus naratif. Banyak tulisan bisa berbentuk cerita fiksi, puisi, atau campuran. Fleksibilitas bentuk tulisan ini dapat memberikan sesuatu yang baru dan berbeda. Selanjutnya, fleksibilitas ini dapat membantu mengatasi hambatan dalam menulis.
Selain itu, ada kategori baru di Kompasiana, yaitu Lyfe, dengan salah sub-bagian diary. Ada semacam tantangan baru untuk memanfaatkan Diary ini. Mungkinkah menulis hal-hal sederhana tentang dinamika atau perkembangan hubungan internasional dalam bentuk atau gaya menulis sebagaimana layaknya sebuah Dairy? Atau, jangan-jangan diari di jaman internet ini sudah amat berbeda dengan diari pada 10-15 tahun yang lalu. Paling tidak, semua itu menjadi bagian dari harapan di tahun ini.
Namanya juga harapan, masih rencana, masih di angan-angan. Ada keinginan besar untuk mewujudkan niatan itu di 2021. Untuk bisa menulis seperti itu, ada beberapa kegiatan perlu dan penting untuk dilakukan.
Pertama, membaca tema khusus
Kegiatan membaca sebenarnya sudah merupakan rutinitas keseharian. Â Berbagai informasi dibaca dan diserap begitu saja. Pernah terpikirkan untuk menuliskan hasil bacaan itu, namun harus memilih. Lalu, ada niatan untuk membaca tema atau topik khusus dalam bidang studi, misalnya, hubungan internasional.
Ide ini muncul dari kemudahan yang diperoleh dari layanan Google News. Layanan ini bisa mengenali kebiasaan kita dalam membaca tema-tema khusus. Kemampuan layanan Google ini membuatnya bisa menyediakan bacaan yang memiliki tema-tema seragam. Lalu, muncul ide membaca tema-tema khusus untuk, kemudian, ditulis dengan gaya bahasa atau tulisan seperti menulis diari atau catatan harian.
Kedua, menulis catatan kuliah dengan menggunakan gaya menulis diari.
Walaupun sudah menulis setiap hari di Kompasiana selama ini, ada keinginan untuk menuliskannya secara berbeda. Bukan berupa tulisan opini dengan bahasa yang formal, namun ditulis seperti catatan harian atau diari.
Selain itu, catatan ini tidak berisi ungkapan perasaan atau pengalaman pribadi. Sebaliknya, catatan ini lebih merupakan bahasan sederhana atau ringkas atau pendek tentang konsep-konsep di dalam studi Hubungan Internasional. Ini bukan pula semacam kamus.
Salah satu isi diari, misalnya, bahasan tentang konsep hegemoni secara singkat disertai contoh tentang realitas politik global pada saat ini. Kenyataan itu bisa mengenai pandemi Covid-19. Jadi bahasan tentang hegemoni dikaitkan dengan pandemi. Tulisan singkat saja, misalnya, sebanyak antara 2-3 halaman atau antara 500-700 kata.