Setelah memperkenalkan 6 nama tokoh publik sebagai menteri baru kemarin, Presiden Joko Widodo melantik mereka dalam jajaran Kabinet Indonesia Maju (KIM) pada Rabu (23/12/2020) ini. Pelantikan menteri baru ini menjadi semacam 'gong' penutup dari berbagai desakan reshuffle KIM yang telah menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini.Â
Selain itu, masuknya ke-6 nama baru ke KIM juga disertai harapan baru tentang optimisme masyarakat terhadap kemampuan pemerintahan Jokowi dalam tata kelola negeri ini. Salah satu persoalan terbesar yang harus dijawab dari perombakan KIM adalah kemampuannya menangani pandemi Covid-19.
Pertama, masuknya Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) melambungkan harapan mengenai rekonsiliasi politik baru di antara para mantan calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres) di pemilihan presiden (pilpres) 2019 lalu.Â
Yang paling menarik adalah bahwa rekonsiliasi itu berlangsung dalam bentuk masuknya kompetitor pilpres (Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno) ke pemerintahan pemenang pilpres 2019 (Joko Widodo dan Makruf Amin).Â
Bentuk rekonsiliasi politik ini adalah yang pertama kali dalam sejarah demokrasi di dunia. Rekonsiliasi tidak dalam bentuk pakta bersama melalui pembagian kekuasaan tertentu dengan otoritas politik yang seimbang. Namun demikian, rekonsiliasi yang dibangun adalah kesediaan pihak pemenang (Jokowi-Makruf) menawarkan kerjasama politik di satu kementeriannya dan tentu saja bekerja di bawah komando pemenang pilpres 2019.Â
Sebaliknya, pihak yang kalah pilpres 2019 (masuknya Prabowo dan Sandi di KIM) bersedia terikat dalam kesepakatan politik di bawah pemerintahan Jokowi. Harapan mengenai rekonsiliasi politik ini tampaknya yang paling relevan dari masuknya Sandiaga di KIM. Sementara itu, keberhasilan Sandi sebagai Menparekraf dengan program digital-nya mungkin bisa dianggap sebagai 'hadiah' bagi KIM.
Selanjutnya, rekonsiliasi ini diharapkan memberikan landasan politik yang kuat bagi pemerintahan Jokowi dalan menjalankan program 2021, termasuk vaksinasi gratis kepada seluruh penduduk Indonesia.
Kedua, penggantian menteri kesehatan (Menkes) menjadi pilar optimisme kedua dari perombakan KIM ini. Masuknya Budi Gunawan Sadikin sebagai Menkes memberikannya otoritas langsung dalam penanganan pandemi dan program vaksinasi 2021. Nama baru ini tidak terlalu asing mengingat selama ini Budi adalah wakil menteri BUMN. Kerjasama Menkes baru dengan Menteri BUMN, Eric Tohir, tentu saja memberikan sinyal positif.
Apalagi di tahun 2021, masyarakat berharap pemerintah pusat dapat segera menuntaskan masalah pandemi covid-19 yang masih mengkuatirkan hingga kini. Semoga saja Menkes baru ini dapat memberi harapan baru penanganan pandemi covid-19 yang lebih baik, termasuk vaksinasi 2021.
Ketiga, masuknya Muhammad Luthfi sebagai Menteri Perdagangan (Mendag) memberikan harapan bahwa Indonesia harus mampu mengambil manfaat secara maksimal dari skema-skema perdagangan bebas, baik yang multilateral (seperti RCEP, APEC, AFTA) maupun bilateral (Indonesia-Australia FTA, Indonesia-Korea FTA). Perdagangan domestik tentu saja perlu mendapat perhatian lebih serius berkaian dengan target pertumbuhan ekonomi 2021 di tengah pandemi saat ini. Kerjasama antara menteri perdagangan dan menteri kesehatan tampaknya perlu menjadi salah satu prioritas agar perekonomian Indonesia tetap mampu mencapai targetnya.
Pertemanan M. Luthfhi dengan Eric Tohir (Menteri BUMN), dan Sandiaga Uno (Menparekraf) sejak studi di AS diharapkan memberikan dampak positif bagi kinerja mereka di KIM, termasuk antara Eric Tohir dan M. Luthfi di Grup Mahaka. Pengalaman M. Luthfi sebagai Ketua BKPM, Dubes RI di Tokyo, dan Mendag di akhir pemerintahan SBY, Â serta Dubes RI di AS tentu saja juga memberikan harapan tinggi bagi pelaksanaan program pemerintahan Jokowi.