Sejak 3 Maret 2011 bergabung di Kompasiana, baru satu minggu ini saya menulis. Lebih dari sembilan tahun saya biarkan akun ini kosong, tanpa satu tulisan pun. Entah mengapa bisa selama itu saya tidak segera menulis di Kompasiana, padahal saya menulis di tempat-tempat lain. Jika dipikir-pikir lagi, kemungkinan terbesar alasannya adalah takut dan khawatir menulis di Kompasiana. Nama besar Kompas membuat saya selalu berpikir ulang untuk menulis di sini. Apalagi di Kompasiana ini, banyak penulis dengan pengalaman dan wawasan luas menorehkan tulisannya. Hingga saya menyibukkan dengan kegiatan lainnya dan melupakan keinginan menulis.Â
Satu minggu kemarin, tiba-tiba saja, saya menengok lagi akun di Kompasiana ini. Motivasi memulai menulis di sini adalah ingin mencari 'suasana' baru dari kebiasaan menulis di wilayah nyaman selama ini. Di Kompasiana, saya ingin menulis sesuatu yang berbeda. Tidak hanya menulis tentang isu-isu hubungan-internasional yang menjadi bagian dari pekerjaan saya. Harapannya, saya bisa menulis apa saja di sini. Apalagi Kompasiana mengambil posisi seperti blog, bahkan lebih dari sekedar blog. Ketimbang bikin blog sendiri, saya manfaatkan akun Kompasiana yang sudah lama vakum ini.
Satu minggu menulis, saya ternyata bisa menulis tentang 'menulis' setiap hari. Walaupun ada niatan untuk itu, saya benar-benar tidak menyangka bisa melakukannya. Mungkin saja karena situasi work from home. Ada juga rasa leluasa menulis di sini. Tetap ada editor, namun sepertinya berbeda dengan editor di portal opini dan berita yang selama ini menjadi destinasi tulisan saya. Ini bukan berarti lebih mudah menulis di Kompasiana. Justru saya merasa lebih berat karena ada komunitas Kompasianer yang ikut menjaga kualitas tulisan-tulisan di sini.
Satu minggu ini adalah untuk pertama kalinya saya menulis sesuatu yang berbeda. Menulis tentang pengalaman menulis. Menuliskan pengalaman menulis, khususnya buat penulis pemula, yaitu mahasiswa. Pengalaman selama ini bersama mahasiswa di kampus, menulis menjadi persoalan tersendiri. Ketika memulai menulis merupakan sebuah kesulitan, maka menulis tugas-tugas perkuliahan menjadi persoalan lanjut bagi mahasiswa.
Menulis tugas kuliah bisa diibaratkan sebagai tahap lanjut dari menulis bagi penulis pemula. Menulis esai memerlukan modal, yaitu membaca tulisan-tulisan sebagai sumber tulisan. Dari situ, mahasiswa harus menggunakan bacaan itu sebagai dasar atau rujukan bagi tulisannya. Lalu ada persyaratan bahasa baku dan sifat tulisan seperti deskripstif atau argumentatif. Tuntutan ini membuat mahasiswa memiliki kemampuan menulis.
Padahal menulis merupakan salah satu soft skills penting dalam perkuliahan. Tanpa mengurangi arti penting dari kemampuan mahasiswa dalam membaca, mendengarkan, dan berbicara, Â kemampuan menulis menjadi lebih dituntut. Alasannya adalah ada lebih banyak tugas-tugas menuntut mahasiswa menulis. Pada akhirnya, salah satu syarat mahasiswa lulus kuliah adalah menulis skripsi. Oleh karena itu, menulis tentang pengalaman menulis di Kompasiana ini bisa diharapkan menjadi salah satu rujukan bagi mahasiswa saya untuk belajar menulis. Setidaknya, tulisan-tulisan saya bisa menjadi alternatif sumber motivasi mahasiswa untuk memulai menulis.
Pada kesempatan ini, saya ini ingin berterimakasih kepada bapak, ibu, mas, dan mbak yang telah berkenan membaca, memberi rating tulisan, dan, bahkan, mengikuti (akun) saya ini. Semua itu menjadi bagian dari interaksi awal saya dengan Kompasiana dan Kompasianer. Â
Kembali ke satu minggu ini saya menulis di Kompasiana ini, saya berharap bisa meneruskan menulis setiap hari. Menulis apa saja dengan sebaik mungkin. Jika bisa menulis satu tema dalam sebuah masa tertentu, maka akan lebih baik supaya lebih mudah menata tulisan-tulisan itu di kemudian hari. Saya juga melihat ada Kompasianer yang memasang tulisannya di tempat lain di sini juga dengan mencantumkan alamat situs di tempat tulisan itu sudah ditayangkan. Menarik juga bisa melakukan itu di Kompasiana.
Harapan lain adalah siapa tahu kumpulan tulisan-tulisan itu bisa dibukukan atau di-ebook-an sendiri atau lewat penerbit, dengan ISBN atau tanpa ISBN. Ada banyak pilihan tersedia yang bisa dijadikan sebagai tahap akhir dari kumpulan tulisan itu. Ini semua memerlukan usaha nyata, yaitu lebih dari sekedar satu minggu menulis...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H