“Serius, Zel? Yah?” Haidi melepas sepatu kanan lalu melemparnya ke pintu.
“Harry Potter atau Lord of The Rings?” tawar Hazel, kakak Haidi, menyeringai.
“Ayo, sarapan dulu!” teriak ibu dari dapur.
“Ini hari pertama libur musim panas dan mereka hanya menghabiskan waktu membaca buku. Yang benar saja, Bu?” ucap Haidi ketus sambil menggigit roti isi lapis ayam kesukaannya.
“Bukannya itu hal baik?” tanya ibu tersenyum.
“Bersepeda lebih baik. Atau main bola. Atau berenang. Atau ke mal. Atau apa saja yang penting bukan duduk-duduk di dalam rumah. Apalagi membaca buku!” Haidi semakin kesal melihat kakak dan ayah tidak memedulikan ocehannya.
“Hazel, Ayah, ayo sarapan dulu!” teriak ibu untuk kedua kalinya.
“Iya, Bu,” sahut Hazel sambil menyisipkan sebuah pembatas buku logam, berbentuk Big Ben, diantara dua halaman buku. “Ayo, Yah,” ajaknya.
“Baiklah. Ayah datang,” balas ayah sambil menyisipkan sebuah pembatas buku kain, bertuliskan nama ayah, hasil rajutan ibu.
“Sepertinya, koki kesayangan kita sedang bereksperimen lagi, nih,” ledek ayah sambil menyeruput kopi hitam. Matanya melirik sebuah baskom berisi adonan berwarna merah pekat.