Mohon tunggu...
Ludh Praditto
Ludh Praditto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih mahasiswa :D

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

smartphonomics

24 Oktober 2012   13:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:26 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

trend penggenggam teknologi sudah didepan mata. setiap mata memandang, pasti setiap tangan sudah sibuk dengan sebuah alat, berbagai bentuk, beragam warna, namun terkadang satu tujuan. dari sebuah alat komunikasi hingga berkembang menjadi kebutuhan lalu keharusan. demi mengikuti alur mode, sebuah fungsi pun terpaksa bergeser.

adalah smartphone, sebuah alat komunikasi berbentuk telepon genggam yg sudah dibekali dengan berbagai macam fitur yg sudah disesuaikan dengan spesifikasi tertentu untuk menunjang berbagai aktivitas sehingga disebut ponsel pintar. berawal dari segi konektivitas, kemudian beralih dengan memajemukkan fungsi/fitur dari segudang alat kedalam sebuah telepon genggam, smartphone memiliki target pasar yg terus bergeser. dari pebisnis dan orang kantoran, kemudian dinikmati oleh anak muda, lalu dilirik oleh para pejabat yg kelebihan duit, lalu ke anak bau kencur dan orang tuanya. bagaimana bisa dari satu jenis target pasar berubah menjadi beragam target dan melebarnya pangsa pasar. inilah fenomena. tapi, sudah banyak pembahasan mengenai pergeseran itu. nah, yg ingin saya bahas disini berkaitan dengan fenomena penikmat smartphone pada saat ini.

lebih baik saya awali daripada nanti dimaki. ini analisis generalis, tidak terlalu berprinsip ekonomi, object-oriented, lepas, ekspresif dan orisinil.

falsely marketed specification’s need based
spesifikasi boleh tinggi, tapi apa gunanya? tertulis processor ini itu, single core, dual core, quad core. variasi ram hingga menyamai ukuran pc. variasi memori. display dengan mengandalkan pixel lalu ketajaman gambar lalu warna lalu tebal tipi kaca lalu yadda yadda yadda. beragam varian spesifikasi ditawarkan kepada target pasar yg kini diramaikan oleh orang-orang awam terhadap teknologi. bagi mereka, semakin tinggi, semakin tipis, semakin cepat, semakin, semakin, bla bla bla. mereka awam, kemudian ditawari produk smartphone alias ponsel pintar. karena pergaulan sudah menjerumuskan mereka kedalam kebutuhan palsu, termakan cemoohan, akhirnya mereka mau tidak mau harus punya dan harus selevel dengan siapa teman dan lingkungan mereka sekarang. padahal, mereka hanya butuh untuk komunikasi dan segelintir fungsi simpel, lantas kenapa smartphone?

lovers go getter
demi apapun, saya mau beli yg itu! *kata seorang geek terhadap satu merek smartphone. terbukti dengan pernyataan sebelumnya, cukup dengan himpitan paksaan kebutuhan palsu, mereka berani meninggikan ego lalu dengan bangga ingin memiliki smartphone. semacam love struck, bayangan akan smartphone tersebut berada di genggaman tangan itu menjadi seperti sebuah pencapaian dan kepuasan.

haters must let go the design
maunya spesifikasi yg itu, harga segitu, tapi butuh, tapi desain? maaf, sudah dibentuk seperti itu, tidak bisa dicustom. LOL! lagi-lagi soal kebutuhan, idealisme untuk satu perangkat impian harus dibuang jauh-jauh soal ini, apa yg ditawarkan itulah yg dibeli. kalo tidak cocok ya seharusnya tidak usah dibeli, jangan malah dipaksa untuk dibeli *facepalm.

deep buried price tag
oya, yg masih lirik harga, jangan lupa, itu harga jual ya, bukan harga produksi. biasanya sih harga marketingnya yg melejit, dan tidak masuk akal. sudah banyak dipublikasikan sebenarnya berapa harga dari material-material pembuat alat itu, bahkan tidak mencapai setengah harga jualnya! ya, orang-orang awam itu pun sangat mudah tertarik dan tertipu oleh marketing, baik visual atau viral. sangat menggiurkan. dan harga, terlihat sangat murah apabila disandingkan dengan marketingnya. you nailed it douchebag marketer!! genius!!

idiotic verdict-ed
so, demi ini itu, kesimpulan terpaksa pun diambil, kontradiksi di sana sini, akhirnya dengan sangat awam membeli smartphone yg seharusnya dperuntukkan untuk orang pintar. terlebih untuk pembelian yg kesekian setelah menjajaki dunia ponsel pintar ini, mereka terus merasa haus akan yg baru, yg lebih ini itu, tanpa pikir panjang, teori keputusan pembelian tak lagi berlaku. genius! *sarkas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun