Tergulingnya DR. Mursi sebagai presiden sah Mesir tidak terlepas dari peran sang pemimpin oposisi (gerakan tamarod) El Baradei. Seorang El Baradei yang meraih hadiah Nobel Perdamaian pada 2005 untuk karyanya dengan Badan Energi Atom Internasional, kembali ke Mesir pada 2010 dan beliau pulalah yang menjadi lawan menonjol dari veteran kuat Husni Mubarak dalam pemberontakan 2011. Muhammad ElBaradei--guardian.co.uk/bb El Baradei lah sang  aktor dan juga korlap massa pendemo kontra Mursi di akhir bulan Juni 2013. Dengan kemampuan perannya dan taktis strategi yang dimainkan olehnya sehingga tergalang massa yang jutaan jumlahnya kemudian mampu mengkondisikan kekuatan militer yang melakukan ultimatum terhadap Presiden Mursi. Maka jadilah pada tanggal 3 Juli Presiden Mursi berhasil dilengserkan oleh kekuatan Jenderal Al Sisi. Dengan tergulingnya Mursi dari kursi kepresidenan Mesir, adalah berarti gerakan perjuangan sang aktor pengguling El Baradei mencapai keberhasilan , menang dalam pergerakannya. Lalu kemudian untuk mewujudkan misi perjuangannya jadilah beliau menempati posisi sebagai wakil Presiden pada pemerintahan bentukan meliter yang dikomandani Aldi Mansour sebagai presidennya. Namun apa dikata ? ternyata perjuangan beliau tak lama berlanjut. Kini beliau telah mundur sebagai wapres (Rabu 14 Agustus 2013) dan bahkan beliau telah meninggalkan Negeri Mesir, pergi ke Luar Negeri. Maka yang menjadi pertanyaan dalam suatu pemikiran, bagaimana itu terjadi dan apa artinya? kok semudah dan secepat itu beliau sebagai seorang yang kuat yang getol dan yang gigih, dan sedang kemelut Mesir semakin bergejolak. Bukankah dengan langkah El Baradei yang demikian itu adalah menyakitkan dan membuat kekecewaan sejumlah besar massa pendukungnya yang sudah digalang sebagai kekuatan pendemo kontra Mursi? Itu yang pertama. Kedua, juga bagi meliter jenderal Al Sisi dengan mundurnya beliau dari komposisi kabinet pemerintahannya, adalah tentu menyakitkan sebagai pukulan, membuat kekecewaan berat dan bisa membuat kebencian yang sangat karena dipandang melecehkan kewibawaan dan eksistensi pemerintahan yang tengah dibangun. Namun juga bisa tidak ada kekecewaan dalam tubuh pemerintahan, jika ternyata skenarionya adalah justru Al Sisi yang memperalat kekuatan El Baradei untuk menggalang kekuatan massa anti Mursi. Ketiga, sedang bagi para pendukung Mursi (Presiden yang dilengserkan) atau massa yang dikomandani Ikhwanul Muslimin tentang mundurnya seorang El Baradei sebagai wapres dan perginya dari Negeri Mesir, adalah bisa diartikan sebagai suatu kemenangan tersendiri, diartikan sebagai suatu keberhasilan. Sebagai keberhasilan dan kemenangan yaitu telah membuat tokoh kuat anti Mursi seorang El Baradei menjadi putus asa, menjadi kecewa ,kehilangan kekuatan mental dalam upaya pergerakannya. Membuat El Baradei mundur gagal untuk mewujudkan ambisi dan egonya yang diperjuangkan. Namun bisa pula tidak diartikan demikian, jika ternyata mudur dan perginya sang El Baradei justru untuk melakukan strategi dan skenario baru untuk langkah pergerakannya. Lebih-lebih jika memang dibelakang El Baradei ada kekuatan yang nyata-nyata berperan. Keempat, bisa pula diartikan tentang mundurnya El Baradei sebagai wapres dan lalu perginya ke luar Negeri Mesir adalah karena suatu pemikiran atau kesadaran akan dirinya yang telah berusia tua , usia El Badei sudah 71 tahun (lahir di Kairo 17 Juni 1942). Barang kali beliau sadar bahwa tak akan lama lagi hidup di dunia fana ini, sehingga tidak merasa lagi menjadi prioritas tentang ambisi tipu daya duniawi. Dan diri beliau merasa lebih penting memfokus bersiap diri untuk kembali ke alam akhirat dengan memperbanyak pertaubatan dan pengharapan agar kelak diakhirat dijauhkan dari siksa api neraka yang panas membakar dengan bara yang takkan pernah padam. Amiin..., semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H