Mohon tunggu...
LUCKY NUGROHO
LUCKY NUGROHO Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Mercu Buana

Filateli dan Berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Semangat Pahlawan, Peran Generasi Muda Mewujudkan Indonesia Berdaulat

21 November 2024   12:49 Diperbarui: 21 November 2024   12:49 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan untuk mengenang perjuangan heroik yang dilakukan oleh para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan. Peringatan ini memiliki akar historis yang kuat, yakni Pertempuran Surabaya pada tahun 1945, salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah perjuangan Indonesia. Ribuan pejuang dengan semangat pantang menyerah mempertaruhkan nyawa mereka demi mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih. 

Namun, tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini berbeda dari masa lalu. Jika dulu para pahlawan berjuang melawan penjajah, generasi sekarang menghadapi tantangan globalisasi, ketimpangan sosial, korupsi, dan kemajuan teknologi. Hari Pahlawan menjadi pengingat bahwa semangat juang dan pengorbanan harus terus hidup, bukan hanya untuk mempertahankan kemerdekaan, tetapi juga untuk membangun bangsa yang lebih maju, adil, dan sejahtera. Meski semangat Hari Pahlawan terus diperingati, masih terdapat celah antara cita-cita para pahlawan dan kondisi bangsa saat ini yang antara lain:

  • Ketimpangan Sosial dan Ekonomi: Para pahlawan berjuang demi Indonesia yang merdeka, bersatu, adil, dan makmur. Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, tingkat kemiskinan Indonesia mencapai 9,22%, menandakan masih adanya ketimpangan dalam distribusi kesejahteraan.
  • Minimnya Partisipasi Generasi Muda: Generasi muda sering dianggap sebagai penerus estafet perjuangan bangsa. Namun, data Kementerian Pemuda dan Olahraga menunjukkan bahwa hanya sekitar 30% pemuda yang aktif dalam organisasi kepemudaan pada tahun 2022, mencerminkan rendahnya partisipasi mereka dalam pembangunan nasional.
  • Kesenjangan Teknologi: Di era digital, teknologi menjadi alat penting dalam pembangunan. Namun, tidak semua daerah di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2023, tingkat penetrasi internet nasional hanya mencapai 77,02%, dengan disparitas besar antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Menghidupkan Semangat Pahlawan dalam Era Modern

Mengatasi gap antara cita-cita para pahlawan dan realitas saat ini membutuhkan strategi yang terarah dan kolaboratif, terutama dengan melibatkan generasi muda.

  • Peningkatan Kualitas Pendidikan: Pendidikan adalah fondasi utama untuk membentuk karakter dan kompetensi generasi muda. Program seperti "Merdeka Belajar" yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi harus diperkuat untuk memastikan akses pendidikan berkualitas bagi semua. Data BPS menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah untuk jenjang SMA masih berada di angka 78,29%, menandakan perlunya peningkatan akses dan kualitas pendidikan pada jenjang tersebut.
  • Penguatan Karakter Nasionalisme dan Nilai Pancasila: Menanamkan nilai-nilai Pancasila, cinta tanah air, dan semangat persatuan melalui kurikulum pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler sangat penting. Program "Bela Negara" dapat menjadi wadah untuk membangun karakter generasi muda yang memiliki semangat juang seperti para pahlawan.
  • Optimalisasi Peran Teknologi: Teknologi harus dimanfaatkan untuk memperkuat pembangunan dan menyebarkan nilai-nilai nasionalisme. Program "100 Smart Cities" yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik berbasis teknologi dapat menjadi contoh bagaimana digitalisasi mendukung pembangunan bangsa.
  • Pemberantasan Korupsi dan Ketidakadilan: Korupsi dan ketidakadilan sosial adalah tantangan besar dalam mewujudkan cita-cita pahlawan. Menurut Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2023 berada di skor 38 dari 100, menunjukkan perlunya upaya pemberantasan korupsi yang lebih kuat. Generasi muda harus dilibatkan dalam pengawasan dan pelaporan tindakan koruptif.
  • Pengembangan Ekonomi Berbasis Kearifan Lokal: Membangun ekonomi yang kuat dan mandiri sesuai dengan cita-cita para pahlawan dapat dilakukan dengan memaksimalkan potensi lokal. Sektor pariwisata berbasis budaya dan alam, misalnya, dapat menjadi motor penggerak ekonomi. Data Kementerian Pariwisata menunjukkan bahwa sektor pariwisata menyumbang 4,8% terhadap PDB pada tahun 2022, dengan potensi besar untuk terus berkembang.
  • Partisipasi Aktif dalam Pembangunan: Generasi muda harus diberi ruang untuk terlibat dalam pengambilan keputusan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Program seperti "Youth Leadership Camp" yang mengajarkan keterampilan kepemimpinan dan pengambilan keputusan dapat membantu mencetak pemimpin masa depan yang berintegritas.
  • Pelestarian Budaya dan Identitas Bangsa: Budaya merupakan identitas bangsa yang harus dilestarikan. Program "Satu Desa Satu Produk" dapat menjadi sarana untuk mengangkat budaya lokal sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat. Generasi muda dapat dilibatkan dalam promosi budaya melalui media sosial dan platform digital.

Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera dan Berdaulat

Selain itu, untuk mencapai Indonesia yang sejahtera dan berdaulat sesuai dengan cita-cita para pahlawan, diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan generasi muda. Peningkatan kesejahteraan sosial, penguatan kedaulatan nasional, dan pelestarian budaya adalah langkah-langkah strategis yang harus dilakukan yang mencakup:

  • Distribusi Kesejahteraan yang Merata: Pemerintah harus memastikan program-program sosial tepat sasaran. Peningkatan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja bagi masyarakat kurang mampu menjadi prioritas utama.
  • Pengurangan Ketergantungan pada Impor: Dalam bidang ekonomi, mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan produksi dalam negeri dapat memperkuat kedaulatan ekonomi. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai USD 3,2 miliar pada tahun 2022, menandakan perlunya peningkatan ekspor produk lokal.
  • Peningkatan Daya Saing Global: Indonesia harus meningkatkan daya saingnya di kancah internasional, baik melalui inovasi teknologi, pengembangan sumber daya manusia, maupun kerja sama multilateral. Program beasiswa luar negeri dan pelatihan kerja berbasis teknologi dapat menjadi langkah konkret untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia.

Teori Sosial Kapital (modal sosial) 

Teori sosial kapital menekankan pentingnya hubungan sosial, kepercayaan, dan jaringan yang memberikan keuntungan kolektif. Dalam konteks peran generasi muda, teori ini menunjukkan bagaimana mereka dapat membangun modal sosial untuk meneruskan semangat dan cita-cita pahlawan dalam membangun bangsa. Adapun elemen penting dalam teori sosial kapital yang relevan dengan peran generasi muda dalam membangun bangsa antara lain:

  • Kepercayaan dan Solidaritas: Teori Sosial Kapital menekankan pentingnya kepercayaan di antara anggota masyarakat. Generasi muda dapat memperkuat semangat kebangsaan dengan membangun solidaritas melalui komunitas yang inklusif, seperti organisasi pemuda atau kegiatan sosial berbasis nilai-nilai Pancasila.
  • Jaringan Sosial: Modal sosial terbangun melalui jaringan yang kuat. Generasi muda dapat memanfaatkan teknologi digital untuk membangun jaringan global, mempromosikan budaya lokal, dan memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional sebagai negara yang berdaulat dan berkeadilan.
  • Norma dan Nilai: Dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan moralitas yang diwariskan oleh para pahlawan, generasi muda dapat menciptakan norma-norma positif yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
  • Manfaat Kolektif: Modal sosial berkontribusi pada keberhasilan kolektif, seperti pembangunan ekonomi berbasis kearifan lokal. Dalam konteks ini, generasi muda bisa menjadi agen perubahan dengan mengintegrasikan modal sosial dalam pembangunan bangsa yang sejahtera.

Teori sosial kapital ini sangat relevan karena menekankan bagaimana hubungan sosial dapat menjadi katalisator perubahan sosial dan ekonomi yang dapat menjelaskan pentingnya kolaborasi lintas generasi, lintas sektor, dan lintas budaya untuk menjaga semangat dan cita-cita pahlawan, serta mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan berdaulat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun