Penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan global, yang tercermin dari penguatan nilai tukar Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Arus modal asing yang masuk ke Indonesia dapat memperkuat stabilitas eksternal dan memperbaiki neraca transaksi berjalan.Â
Namun, risiko pembalikan modal (capital reversal) tetap ada jika situasi global berubah drastis, misalnya jika The Fed kembali menaikkan suku bunga lebih cepat dari ekspektasi. Oleh karena itu, pemerintah dan BI harus siap dengan kebijakan mitigasi risiko, termasuk menjaga fleksibilitas nilai tukar dan memastikan kondisi pasar keuangan tetap kondusif.Â
Penguatan IHSG dan stabilitas nilai tukar dapat meningkatkan kepercayaan pelaku usaha dan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Namun, peningkatan ini harus diiringi dengan reformasi struktural yang mendukung iklim investasi, seperti penyederhanaan perizinan usaha dan pembangunan infrastruktur pendukung. Pemerintah juga perlu mendorong peningkatan produktivitas melalui digitalisasi dan inovasi di sektor industri untuk mengimbangi pertumbuhan kredit yang diharapkan.
Secara keseluruhan, kebijakan penurunan suku bunga BI merupakan langkah strategis yang memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat pertumbuhan kredit dan stabilitas ekonomi. Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Diperlukan sinergi kebijakan yang baik antara pemerintah dan BI serta respons yang cepat terhadap dinamika global dan domestik agar perekonomian Indonesia dapat tetap tumbuh berkelanjutan di tengah ketidakpastian global. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat menjaga ketahanan ekonomi dan menghadapi tantangan global pada tahun 2025.