Mohon tunggu...
Lucky Maulana Azhari
Lucky Maulana Azhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Dirasat Islamiyah, UIN Jakarta

Penyuka teh tubruk dan buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebagai Umat Beragama, Kita Patut Berterima Kasih dengan Orang Agnostik Macam Coki

18 September 2021   20:40 Diperbarui: 18 September 2021   20:43 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam situasi seperti ini, ketika seorang agnostik beranggapan bahwa Tuhan tidak dapat diketahui atau dibuktikan. 

Seyogyanya, sebagai pemeluk agama kita mesti berterimakasih, karenanya kita lantas merasa tertantang untuk turut mempertanggungjawabkan keyakinan kita akan keberadaan Tuhan secara matang. 

Tujuannya tidak untuk mendebat orang-orang agnostik macam Coki, melainkan untuk memantapkan keimanan dalam diri kita masing-masing terhadap keberadaan Tuhan yang diyakini secara mutlak.

Istilah "mempertanggungjawabkan" dirasa sangat tepat dalam kasus ini, karena secara sadar maupun tidak, sebagai umat beragama kita seringkali merasa cukup puas dengan agama warisan orang tua. 

Tentu tidak ada yang salah dengan pemahaman seperti itu, namun yang cukup memprihatinkan kita menjadi tidak terbiasa untuk berpikir kritis tehadap sesuatu yang bahkan kita sendiri yakini.

Dalam agama yang saya anut misalnya -- islam - Allah SWT secara gamblang 'menantang dan melatih' manusia untuk menggunakan akalnya. 

Jika dicermati, seluruh kata "Akal" yang termuat dalam redaksi Alquran disampaikan dalam bentuk kata kerja. Maknanya, manusia secara aktif harus menggunakan akal dalam kesehariannya, termasuk berpikir kritis.

Pada akhirnya, tulisan ini tidak betul-betul  mendebat antar satu kepercayaan dengan yang lainnya. Melainkan, diharapkan mampu menjadi titik balik kita untuk bersama-sama mempertanggungjawabkan kepercayaan yang selama ini kita warisi dari orang tua. 

Supaya kita betul-betul secara sadar dan matang meyakini dan memeluk suatu agama tertentu, kemudian dapat hidup berdampingan dengan damai sebagai sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun