Pada kalimat kesepuluh yang dilontarkan.
Selepasnya, kentara tanya kembali mencuat.
Singkat,
Mencekat.
Dikulumnya lidah yang mula-mula kaku.
"Apa makna cinta yang sedia kala diucap?"
Mecekat,
Sekali lagi.
Dalam kebisuan, tanya kembali menelanjangi.
Menerabas sepasang sorot mata di rautnya.
Kosong pandang, sarat substansi.
Ia jangan tidak bersanding jawab.
Sekali waktu,
Tanya sunyi jawab tentu tidak apa.
Sebab,
"Tak benar-benar ada eksplanasi yang mumpuni perihalnya"
Bantahnya seraya pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!