MENGUNGKAP RAHASIA KEHENINGAN MALAM RAMADHAN : SAAT OTAK DAN JIWA BERTUMBUH
Narasumber: dr. Daryo Soemitro., Sp. BS
Jakarta, 17 Maret 2025 - Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum bagi otak dan jiwa untuk menata ulang diri. Dalam keheningan bulan suci ini, otak manusia mengalami perubahan signifikan---menjadi lebih fokus, lebih tenang, dan lebih peka terhadap suara hati.
Menurut dr. Daryo Soemitro, Sp.BS, seorang dokter spesialis bedah saraf, kondisi otak selama Ramadhan mengalami proses adaptasi yang luar biasa. Puasa dan refleksi diri yang dijalani sepanjang bulan ini membantu membentuk pola pikir yang lebih stabil dan terkendali. "Ketika kita menahan diri, mengelola emosi, serta memperbanyak ibadah, otak membentuk jalur-jalur baru yang mendukung kesadaran moral dan kontrol diri yang lebih baik," ujarnya.
Sepuluh Hari Terakhir: Momentum Menata Hidup dan Memaksimalkan Potensi Diri
Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah fase puncak dari perjalanan spiritual dan mental di bulan suci ini. Pada fase ini, kondisi otak berada dalam keadaan lebih siap dan lebih mudah menerima refleksi diri, membangun kesadaran moral, serta mengendalikan emosi.
Sejak awal Ramadhan, kita telah melatih otak untuk menahan diri, mengelola emosi, dan memperbanyak ibadah. Latihan ini membentuk jalur-jalur saraf baru yang memperkuat kemampuan kita dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih bijaksana. Seiring dengan semakin intensnya ibadah di sepuluh hari terakhir, aktivitas prefrontal cortex meningkat, membuat kita lebih tajam dalam berpikir, lebih fokus dalam menetapkan tujuan hidup, dan lebih siap untuk melakukan perubahan nyata.
Karena itu, sepuluh hari terakhir Ramadhan menjadi saat yang paling tepat untuk menata kembali arah hidup. Ini adalah waktu terbaik untuk:
Mengevaluasi perjalanan hidup - Apa yang sudah kita capai? Apakah kita sudah hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini?
Mengidentifikasi kebiasaan yang perlu diubah - Apa kebiasaan buruk yang ingin kita tinggalkan setelah Ramadhan? Bagaimana cara menggantinya dengan kebiasaan yang lebih baik?