Mohon tunggu...
LUCKY ERLANDI PRANIANTO
LUCKY ERLANDI PRANIANTO Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang pemuda biasa yang berusaha bangun dari mimpi dan bangkit untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu menjadi sebuah kenyataan...agar saya menjadi pmuda yang luar biasa...amin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ruang Kelas Mata Kuliah Pembelajaran Hidup Itu Bernama Bus Kelas Ekonomi

25 Desember 2011   01:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:47 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjadi mahasiswa perantauan yang jauh dari orang tua membuat saya harus mulai mengakrabkan diri dengan sarana transportasi umum saat harus pulang pergi Cilacap- Semarang. Sejak SMA saya akui saya jarang sekali menggunakan sarana transportasi umum untuk bepergian, selain karena "area jajahan" saya masih dalam lingkup beberapa kabupaten, juga karena saya lebih suka menggunkan sepoeda motor untuk bepergian. Lebih praktis dan hemat menurut saya, selain itu juga kita bisa menikmati suasana sepanjang jalan.

Namun setelah kuliah di Semarang, mau tidak mau saya harus mulai melirik transportasi umum seperti bus. Menggunakan seperda motor dari Cilacap ke Semarang memang menyenangkan. Kita dapat melihat banyak hal di jalanan, muali dari suasana kota hingga pemandangan pegunungan yang menawan. Namun perjalanan yang mememakan waktu 6 jam tersebut ternyata cukup memelahkan. Belum lagi jika ada hujan lebat atau ban bocor di jalan. Sehingga pilihan menggunakan sarana transportasi umum adalah tepat, selain untuk mendukung anti pemanasan global, hehehe.

Pagi ini saya naik bus kelas Ekonomi dari Cilacap. Saya memilih Bus Ekonomi karena harganya yang murah, cukup Rp 35.000 saja kita diantar sampai Semarang. Naik bus pagipagi sekali membuat bus masih sangat lengang, hanya beberapa penumpang yang duduk sambil terkantuk-kantuk. Maklum saat itu jam baru menunjukan pukul 05.30 jadi wajar penumpangnya masih sedikit.

Memasuki terminal Purworejo, bus berhenti. Kontan bus mendadak penuh sesak dengan serbuan pengamen dan pedagang yang menawarakan berbagai macam barang dari rokok hingga kerajinan tangan. Ada yang menawarkan dengan langsung ditawarkan kepada penumpang, ada juga yang dengan cara "membagikan" barang dagangan  pada penumpang, jika penumpang ingin membeli cukup tinggal membayar barang yang "dibagikanya" tersebut, atau mengembalikanya jika memang ia tidak ingin membelinya. Cara ini cukup ampuh, terutama bagi mereka yang pertama kali naik bus. Ada juga seorang pedagang jagung rebus yang renta, perempuan tua itu meungin berumur 70 tahun-an. Dengan bakul besar yang penuh dengan jagung rebus ia menyungginya. Belum ada tanda-tanda penumpang yang akan membelinya. Karena iba -selain karena saya juga belum sarapan-saya memutuskan untuk membeli 1.

Memasuki wilayah Magelang penumpang semakin banyak dan bus semakin sesak, bahkan beberapa diantaranya berdiri. beberapa penumpang bahkan membawa barang yang sangat banyak, dan ada yang membawa sekardus penuh dengan anak ayam, hihihiiihi... Suasana bus semakin panas menjelang siang, beberapa anak kecil mulai rewel karena bosan dan panas mungkin. Orang tua anak berusaha keras untuk menenangkan buah hantinya, karena anak kecil itu menangis dengan keras. Seorang anak yang lebih besar, justu "menikmati" suasana bus yang semakin sesak, ia bertanya banyak hal tentang ayam, tentang bapak-bapak yang membaya durian, tentang kernet yang punya banyak uang dan tentang jumlah kursi dalam bus. Saya yang mendengan celotehan anak tersebut senyam-senyum geli. Dengan sabar sang ayah menjelaskan semua pertanyaan kritis jagoan kecilnya, yang kadang tidak puas dengan jawaban dari ayahnya.

Penumpang sebelah saya sudah turun, dan digantikan oleh seorang bapak-bapak paruh baya yang tadi berdiri di bus. Setelah basa-basi sedikit, ternyata ia adalah pegawai di salah satu kontraktor di Semarang. Ia tipe orang suka bercerita, ia bercerita tentang masa muda yang dilalui dengan keras. Ketiadaan biaya membuat ia harus bekerja untuk membayar uang sekolah dan buku. Ternyata ia pun orang yeng berwawasan luas, ia bercerita tentang sejarah RI versinya, cerita saat ia bekerja di Tomor Leste, bahkan bercerita tentang politik di Korea Utara. Sungguh saya merasa surprise dengan bapak tersebut. Terlepas dari penampilanya yang sederhana, ternyata wawasanya sangat luas, dan saya salut dengan beliau, karena meskipun ia pegawai kontraktor, ia lebih memilih bus ekonomi untuk ke Semarang. Jika ia mau tentu ia bisa membeli tikat Bus Kelas Patas atau Travel yang ber AC. Bapak itu berdalih ada banyaik pelajaran yang bisa diambil dari suasana dalam Bus Ekonomi. Salut.

Ngombrol dengan bapak-bapak yang berwawasan luas membuat waktu serasa cepat berlalu. Suara teriakan kernet bahwa bus sudah sampai Semarang memotong pembicaraan saya dengan bapak tersebut, padahal bapak tersebut sedang memberikan wejangan-wejangan pada saya sebagai seorang pemuda. hahaha. Akhirnya saya turun bus dan saya lanjutkan dengan berjalan kaki menuju tempat kost di Ngesrep Semarang. Sepanjang jalan saya terus berpikir bahwa benar sekali apa yang dikatakan bapak tadi. Suasana bus ekonomi memberikan banyak pelajaran kehidupan pada kita. pelajaran tentang kerasnya kehidupan, tentang seorang tua renta penjual jagung rebus, tentang kesabaran dan tentang perjuangan untuk mencapai cita-cita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun