Ada momen unik di Blitar sekitar 2018 lalu. Lahirnya film bertajuk Bohemian Rhapsody, lagu ciptaan band terkemuka Queen itu berdampak di daerah yang dijuluki Bumi Penataran ini. Muda-mudi ramai berswafoto mengabadikan potret di depan rumah bergaya arsitektur Eropa, Bohemian Rhapsody.
Tak seperti hunian pada umumnya. Rumah yang terletak di sisi selatan Kelurahan Garum, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar ini tampak menyerupai kastil. Bangunannya kokoh dengan empat pilar di teras. Suasana klasik rumah unik yang sempat viral ini dipertegas dengan nuansa cat toska gelap dipadu dengan krem.
Rumah ini sejatinya terlahir dari tangan dingin Trimo, warga setempat dengan darah seni mengalir kuat di tubuhnya. Hunian ini dibangun sejak era 1990-an. Untuk melepas penat, Trimo kerap mengajak rekan sejawat bermain musik di rumah itu. Alunan lagu genre keroncong menggema di setiap sudut ruangan, membelai telinga.
Lantaran tertarik, salah seorang warga Garum, Muslikah lantas membelinya dari Trimo. Itu sekitar 2018, tahun saat rumah ini dikenal lebih luas seiring dirilisnya film grup musik Queen. Film berjudul Bohemian Rhapsody mengisahkan perjalanan hidup sang vokalis prominen, Freddy Mercury. Popularitas rumah ini pun kemudian terkatrol.
"Setelah Bu Muslikah, barulah dibeli sama papa (Suudi) sebagai tangan ketiga. Awalnya rumah masih belum terurus. Dulu kami kira ini bangunan gereja," ujar pemilik, Surya Eka Sarisma Pambudi.
Saat memasuki halaman depan, tampak tiga menara mini. Pada bagian selatan menara itu, tertulis jelas ejaan "KASTEL", menara tengah terdapat bendera merah putih, dan "ANNO 1806" tertulis di sisi utara. Diterjemahkan dari Bahasa Italia, anno artinya tahun. Sementara 1806 merujuk pada kalender Gregorian. Kalender inilah yang saat ini masih banyak dipakai di negara bagian barat.
Uniknya, semua tulisan ini menggunakan font kuno. Meski kaku dan klasik, kesan artistik tetap terasa. Surya menilai, keistimewaan bangunan tersebut yang semakin membuatnya terpikat. Kendati begitu, sejatinya ada kesalahan ejaan tulisan Bohemian Rhapsody yang terpampang di gawang teras itu. Sebab, Rhapsody ditulis tanpa huruf H.
"Bisa diubah tapi sengaja kami biarkan. Karena mempertahankan apa yang sebelumnya ada. Renovasi pun begitu. Tidak kamu ubah struktur bangunannya," terangnya.
Pria yang sekaligus pembudidaya ikan koi itu lantas memulai tahap renovasi. Perlu usaha keras mengubah nuansa rumah model lawas ini agar lebih segar. Sebelumnya, tampak rumput belukar merambat di berbagai sisi. Cat tembok pun sudah kusam. Kesan angker, kata Surya, sempat membumbung di benaknya. Namun, perspektif ini seketika luntur.
Setelah diperbaiki dan ditambah musala pada bagian utara, rumah ini rencanannya bakal dijadikan kedai berkonsep angkringan. Menurutnya, ini memadukan dua unsur unik. Budaya makan angkringan dari Yogyakarta berpadu dengan spot klasik Eropa. Target itu ingin dia realisasikan tahun ini. Namun masih melihat situasi dan kondisi pandemi.