Rasa dan aroma masakan khas tungku tradisional memang begitu melekat jelas di lidah. Inilah satu keistimewaan menggunakan tungku tradisional.
Jelas, penggunaan tungku di Indonesia sudah tidak asing lagi. Entah sejak kapan mulai ditemukan, yang pasti ini sudah sangat lama.
Sebuah tungku sudah bisa digunakan meskipun hanya berlandaskan batu bata yang tingginya sejajar. Kemudian, jangan lupa menyiapkan kayu bakar dan nyalakan api untuk memasak sebuah kudapan.
Yang paling unik dan tak terlupakan dari tungku tradisional adalah, saat berusaha mematangkan masakan namun api mulai padam, kita kerap meniup ke pusat api. Alih-alih api kembali menyala, kebulan asap justru mengarah ke kita.
Nah, masakan yang sudah matang lebih nikmat lagi kalau disantap di depan tungku, sembari menghangatkan tubuh saat cuaca dingin.
Sekira tahun 2010, pemerintah seolah memperkenalkan sekaligus mengedukasi masyarakat soal penggunaan kompor gas. Dampaknya, banyak yang beralih dari tungku ke kompor gas.
Kendati demikian, ada pula mereka yang tetap setia, memasak menggunakan tungku tradisional. Alasannya beragam, mulai dari takut dengan pemasangan gas elpiji hingga lebih nyaman dengan cara tradisional.
Akan tetapi, di akhir Bulan Desember 2021 lalu, Pertamina mengumumkan bahwa ada kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi pada ukuran 5,5kg dan 12kg. Harga naik sekira Rp1.600 - Rp2.000-an.
Bagi siapapun kalangan masyarakat yang terdampak pandemi, tentu saja ini bukan kabar baik. Terlebih, ekonomi di Indonesia juga belum bisa dikatakan stabil pascawabah covid-19 yang kini kembali dengan varian Omicron.