Produksi Beras Tiap Tahun Maju tetapi Penggilingan Padi Layu
Beras merupakan sumber pangan pokok bagi penduduk Indonesia. Sebagai sumber pangan pokok kebutuhan beras terus meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya kebutuhan beras harus dibarengi dengan peningkatan produksi gabah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) produksi padi meningkat sebanyak 2,31% dari tahun sebelumnya.
Ringkasan Eksekutif dan Pengeluaran Konsumsi per September 2022
Menurut data BPS luas panen gabah meningkat 1,87% yang awalnya seluas 10,41 hektar pada tahun 2021 menjadi 10,61 hektar di tahun 2022. Produksi padi juga naik dari 54,42 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) di tahun 2021 menjadi 55,67 juta ton GKG pada tahun 2022. Pertumbuhan produksi dirasa cukup baik karena konsumsi per kapita per bulan serealia khususnya beras juga meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS konsumsi beras per kapita per bulan naik dari 6,75 kg di tahun 2021 menjadi 6,81 kg pada tahun 2022 dalam satu tahun terjadi kenaikan sebanyak 0,87% kenaikan ini terjadi baik di perkotaan maupun pedesaan.
Melihat jumlah produksi  GKG naik maka perlu kegiatan pasca panen untuk mengubah gabah menjadi beras. Pengolahan gabah menjadi beras biasanya dilakukan ke pelaku usaha penggilingan padi setempat baik yang kapasitas besar maupun kapasitas kecil. Mengingat produksi gabah yang meningkat secara otomatis maka pelaku usaha penggilingan mendapatkan penghasilan, akan tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Dari pelaku usaha penggilingan padi hasil beras yang sudah dikemas akan dikirimkan kepada Bulog, Pedagang Besar, dan dijual secara curah ke warga sekitar. Berikut merupakan bagan pemasaran beras sebagai berikut:
berdasarkan bagan di atas rantai pemasaran ada berbagai rute yakni:
- 1 – 2 – 3 – 5
- 1 – 2 - 3 – 4 – 5
- 1 – 3 – 5
- 1 – 3 – 4 – 5                                                   Â
Penghasilan yang paling besar yakni pada rute A dan C. Rute A masih mendapatkan penghasilan yang cukup besar karena penebas memasang harga yang berbeda sedikit dari petani. Pada semua rantai pemasaran Bulog memiliki peranan penting yakni untuk memperpendek rantai pemasaran.
Berdasarkan pendapat dari pelaku usaha penggilingan padi kinerja Bulog cukup baik karena dapat mengayomi pelaku usaha penggilingan yang kecil dan menengah antara tahun 2017 – 2020. Bentuk dari pengayomannya yakni petugas sering memesan persediaan beras pada pelaku usaha penggilingan beras kecil dan menengah sehingga terjadi simbiosis mutualisme. Akan tetapi pada tahun 2021 sampai sekarang  Bulog lebih memilih memesan persediaan beras dari pedagang besar, hal ini menyebabkan terjadinya penurunan penghasilan dari pelaku usaha penggilingan padi. Penurunan pendapatan terjadi karena pelaku penggilingan padi harus menjual beras ke pedagang besar terlebih dahulu sehingga terjadi kenaikan margin dari pemasaran beras. Sedikitnya penerimaan Bulog daripada beras hasil pelaku usaha penggilingan padi kemungkinan karena terjadinya kenaikan standar kualitas beras dan perubahan regulasi. Apabila memang benar demikian akan lebih baik jika pihak pemerintah memberikan solusi dan sosialisasi agar para pelaku usaha penggilingan dan petani tahu kriteria dan regulasi yang diterapkan sehingga secara bersama – sama dapat meningkatkan kualitas produksi beras Di Indonesia. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H