Mesir mungkin menjadi contoh yang paling nyata dari keroposnya system Demokrasi dunia, hal itu bisa dilihat dan dirasakan pasca revolusi yang mengakibatkan jatuhnya rezim militer, Hosni Mubarok.. Pemilihan Presiden pasca revolusi yang  pada saat itu  dimenangkan oleh Muhammad Mursi dari kelompok Ikhwanul Muslimin tidak berlangsung lama sebab satu tahun setelah  berhasil menjuarai  pemilu dan menjadi Presiden pertama yang terpelih secara demokratis  ahirnya Presiden dari Ikhwanul Muslimin itu di rampas kekuasaannya oleh rezim militer.
Secara politik , dikudetanya Presiden terpilih dari Ikhwanul Muslimin itu disebabkan dua hal mendasar, yang pertama yaitu karena pemenangnya adalah dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang notabane  sejak awal dibenci dan sangat tidak diharakan oleh Militer yang masih relative kuat pada saat itu dan juga oleh dunia Internasional dari Negara-negara yang sebelumnya diuntungkan oleh kepemimpinan Hosni Mubarok..
Yang kedua adalah karena Ikhwanul Muslimin sebagai penguasa tidak memiliki sikap politik luar negeri yang jelas, sehingga tidak bisa membedakan antara negara  kawan dan Negara lawan. Hal itu dapat dirasakan oleh pemerintah Morsi saat dikhianati oleh kerajaan Saudi Arabia, dimana saat itu Mesir dan Saudi bagai sahabat yang sepakat untuk mendukung oposisi untuk menjatuhkan rezim Bashar Assad di Suriah,, Ironisnya ketika pemerintahan Mesir digoyang oleh gejolak yang ahirnya menjadikan jalan kudeta Militer justru Negara Saudi Arabia menjadi negara yang pertama kali mendukung rezim Militer untuk kembali berkuasa.
Kesalahannya adalah karena Ikhwanul Muslimin mencoba untuk Independen  dan selektif terhadap pengaruh  luar baik barat ataupun timur yang deras mempengaruhi perpolitikan Mesir, akan tetapi disatu sisi pengaruhnya Ikhwanul Muslimin di Mesir belum mengakar kuat ke seluru sektor-sektor berpengaruh seperti militer, Sehingga sedikit gesekan politik yang dikemas sedemikan rupa mampu menyulut api perpecahan yang pada ahirnya dijadikan dalil militer untuk melakukan Kudeta. Sikap independen itu harus dibayar mahal oleh pemerintahan yang terpilih secara demokratis saat itu, Presiden Mursi harus rela terkudeta tanpa ada dukungan dari dunia internasional baik barat ataupun timur.
Sehingga konsep Demokrasi yang yang dibanga-bangakan dan diagungkan selama ini oleh dunia Internasional seakan dalam peraktiknya tak lebih dari omong kosong, yang artinya jika terpilih secara Demokartis saja belum cukup untuk dapat memimpin suatu Negara. Selain Terpilih dalam pemilu seseorang pemimpin harus dituntut untuk memiliki sikap politik bernegara yang jelas (baca:memihak), karena jika independen dianggap layak untuk dijatuhkan oleh dunia Internasional. Itu yang terjadi di Mesir saat Morsi terpilih. Ironis memang, tapi begitulah demokrasi bekerja dengan keironisannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H