[caption id="" align="alignnone" width="360" caption="www.republikq.co.id"][/caption]
Tulisan ini lanjutan dari : Amerika dan Iran Adu Sakti Politik Luar Negeri
Jika ahir-ahir ini teman-teman sering berkunjung dikolom Internasional pada media massa baik koran ataupun media online, maka kita akan sering melihat berita mengenai sesumbar rencana serangan Israel terhadap instalasi nuklir Iran, dan biasanya tak lama setelah berita itu maka takperlu waktu yang lama akan muncul berita tanggapan Iran atas rencana serangan itu “ Iran akan membalas secara disdruktif” dan judul-judul lainnya, berita itu dapat dilihat baik dari berita jalur mainstream di Indonesia, maupun berita resmi dari IRNA (kantor berita Iran), dari berita-berita itu bisa dilihat begitu panasnya hubungan kedua negara yang dahulu bersahabat itu (Iran saat rezim Syah) sehingga kedua negara itu kini saling beradu politik luar negeri guna mempengaruhi dunia Internasional, meski dalam hal ini Israel dominan karena banyaknya negara yang medukung "se-visi" dan terhibur atas kebinalan Israel, akan tetapi dewasa ini Iran cukup merepotkan israel dan antek-anteknya karena sebagai negara Iran terlalu independen dan memiliki media cukup kuat.
Jika di artikel sebelumnya "Amerika dan Iran Adu Sakti Politik Luar Negeri" menceritakan begitu dibuat pusingnya Amerika Serukat dengan gaya politik pura-pura gila khas Iran, kini dengan gaya yang nyaris sama Iran menekan dan membuat pusing Israel bahkan di kanca Internasional, yang al demikian itu bagi negara lain membutuhkan keberanian ekstra, sebab israel adalah anak emas PBB eh maksud saya anak emas negara barat yang kebetulan menguasai PBB, sehingga kecaman dan "tegas" terhadap Israel sama dengan bunuh diri dikala senja, namun retorika itu tak berlaku bagi negara mandiri seperti Iran , sebab negara persia itu bukanlah negara manja yang menjilat negara lain, sehingga Iran dengan lantang dapat menyuarakan pendapatnya terhadap Israel baik dalam tingkat Ragional maupun di tingkat internasional, misalnya dengan mendesak IAEA untuk menekan Israel agar menandatangani Non- Proliferasi Nuklir (NPT), dengan berbagai alasan logisnnya (Baca). Sebenarnya permintaan penandatanganan NPT itu biasa saja, akan tetapi karena Israel sebagai subjek yang di minta untuk menandatangani NPT maka menjadi berita heboh, sebab dengan steatmen itu sebenarnya Iran mencoba lepas dari distorsi dunia atas tuduhan bahaya nuklirnya, dan justru tersirat mengatakan bahwa yang berbahaya adalah Nuklir Israel karena tidak menandatanagni NPT.
Politik tingkat tinggi Iran-Israel tidak selesai pada masalah penandatanganan NPT, misalnya permasalahan rencana serangan israel terhadap Iran, selain stetament akan membalas secara desdruktif setiap serangan yang tejadi di Iran, dan wacana perang dunia III (Baca) ,uniknya disisi lain Iran justru mengunakan logika israel dengan mengunakan istilah “serangan pendahuluan” (Baca) , biasanya istilah ini sering di gunakan israel untuk menyerang negara-negara lain yang dianggap membahayakannya, dan biasanya serangan-serangan seperti itu tidak mendapat teguran formal dari PBB, kini keberanian Iran mengunkan istilah “serangan pendahuluan” seakan menampar keras dan membuat dilematik PBB dalam bersikap jika itu benar-benar terjadi, tapi saya rasa itu hanya peringatan Iran yang akan tetap selalu menjadi peringatan. Skak Mat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H