Salah satu dari banyaknya buku yang berjejer di meja belajarku yang paling menarik adalah warna covernya yang hitam. Tiga tahun lalu kubeli dipameran buku, mataku jatuh cinta pada artcovernya. Sudah kesekian kalinya aku membaca buku berjudul Paradigma ini. Cover buku menjadi pilihan pertama saat membeli sebuah buku fiksi, lalu kemudian membaca sinopsisnya. Arti paradigma sendiri yaitu cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku.Yang membuatku tertarik berkali kali membacanya karena penokohannya yang unik.
 Menceritakan kisah Rana yang dianggap menyimpang karena terlalu kemayu, ia memiliki kekasih yaitu Ola tetapi lebih nyaman bersama sahabatnya Anya. Aldo sebagai sahabat Rana selalu menasehatinya, Rana sebagai seorang yang cukup egois karena merasa dirinya selalu benar. Konflik muncul ketika membahas mengenai Ayah dari Rana, Ikrar yang merupakan kekasih dari sahabat Anya ternyata adalah saudara kembar Rana dan keduanya memiliki mental issue atau Dissasociative Identity Order.
Puncak dari konflik yaitu ketika Ola menyebarkan kabar bohong tentang Rana kepada semua orang yang tidak ia ketahui secara benar realitasnya seperti apa, sehingga membuat semua orang salah menilai. Di titik poin inilah sebuah pesan dari Paradigma bahwa apa yang kita pikir belum tentu apa yang sebenarnya terjadi.
Kelebihannya menurutku penokohannya yang unik, apalagi disajikan dengan kata kata yang indah. Amanat yang terdapat dalam cerita sangat menggambarkan sifat manusia. Yang paling seru yaitu konflik dan plot twistnya yang tidak dapat di duga oleh pembaca.Jalan cerita menyadarkan kita kadang sifat manusia itu sangat jahat, Â dan sisi psikologis dalam novel ini begitu terasa.
 Kekurangannya yaitu jalan ceritanya yang agak sulit dimengerti jadi harus membaca ulang agar paham dengan benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H