Mohon tunggu...
LUCKI ADRIYAN MAULANA
LUCKI ADRIYAN MAULANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

UNIVERSITAS TANJUNGPURA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Perjuangan Seorang Ayah sebagai Buruh Kuli Bangunan dalam Mendukung Pendidikan Anaknya di Tengah Kesulitan Ekonomi

13 April 2024   22:40 Diperbarui: 20 Mei 2024   21:53 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan rumah Ibu Weni Apriani

Weni Apriani adalah seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun, beralamat di Desa Tanjung Hilir, Kecamatan Pontianak Timur, Provinsi Kalimantan Barat. Ia tinggal bersama suaminya yang berusia 40 tahun serta ketiga anak mereka yang masing-masing berusia 9 tahun, 7 tahun dan 4 tahun. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang merupakan rumah warisan dari orang tua suami Ibu Weni dengan panjang rumah 5 meter dan lebar 6 meter, rumah ini memiliki empat ruangan yang cukup kecil yang terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur dan 1 ruang dapur dengan kondisi dinding rumah setengah kayu dan setengah tembok, serta beratap seng dan berlantai plester semen. Untuk sumber air sendiri mereka mengandalkan air hujan yang ditampung untuk minum dan memasak dan air sumur untuk mandi dan mencuci, serta untuk memasak sehari-hari mereka menggunakan kompor gas. Kemudian untuk jenis penerangan yang digunakan adalah lampu listrik dengan daya listrik sebesar 450 watt. Untuk kepemilikan aset, keluarga Ibu Weni memiliki 1 buah kendaraan motor yang masih kredit, dan juga memeliki beberapa perangkat elektronik seperti kipas angin, kulkas, rice cooker, 2 buah handphone dan sebuah tv yang berukuran 14 inci namun, tv mereka ini sudah lama rusak dan tidak bisa lagi digunakan.

Tampak dalam rumah Ibu Weni Apriani
Tampak dalam rumah Ibu Weni Apriani
Tampak belakang rumah Ibu Weni Apriani
Tampak belakang rumah Ibu Weni Apriani

Tingkat pendidikan terakhir Ibu Weni adalah SMP/Sederajat dan beliau juga tidak bekerja, sehingga satu-satunya tulang punggung dalam keluarga ini adalah suaminya. Suami Ibu Weni bekerja sebagai buruh kuli bangunan yaitu pekerja yang terlibat dalam sebuah tim pekerjaan proyek seperti pembangunan rumah, ruko, gedung dan jenis bangunan lainnya. Pekerjaan beliau ini tidak tetap karena beliau akan bekerja jika ada panggilan dari mandor atau kontraktornya. Dalam suatu proyek bangunan, suami Ibu Weni biasanya mengerjakan pekerjaan yang lebih banyak menggunakan kekuatan otot, seperti membawa dan memindahkan barang atau material bangunan, mengaduk semen, menggali tanah dan membuat pondasi bangunan. Untuk hari kerja sendiri dalam satu minggu beliau bekerja dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu yang dimana dalam 1 hari beliau bekerja selama 7 jam mulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 3 sore. Sehingga jika dalam seminggu beliau selalu masuk kerja ia akan di upah sebesar Rp. 600.000 per minggu. Dalam sebulan biasanya total penghasilan keluarga yang diperoleh berkisar antara Rp. 2.000.000 sampai dengan Rp. 2.400.000. Dengan gaji suami nya yang tidak menentu ini, Ibu Weni menceritakan bahwa mereka sulit untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga mereka, seperti kebutuhan pokok, biaya kesehatan, biaya tagihan kredit dan termasuk kebutuhan biaya pendidikan anak mereka yang sekarang sedang bersekolah dimana anak pertama mereka duduk di bangku kelas 3 SD dan juga anak kedua mereka kelas 1 SD yang baru masuk sekolah tahun lalu. Sehingga biaya untuk pendidikan seperti membeli buku, peralatan sekolah dan lain sebagainya menjadi ikut bertambah.

Keluarga Ibu Weni merupakan salah satu keluarga penerima manfaat bantuan sosial dari pemerintah yaitu dari Program Keluarga Harapan (PKH). Bantuan sosial PKH yang diterima keluarga Ibu Weni ini adalah termasuk dalam kategori anak sekolah SD. Ibu Weni menceritakan bahwa bansos tersebut awalnya diterimanya pada tahun 2023, berupa uang tunai sebesar Rp. 225.000 dan pengambilan bantuan sosial ini melalui kantor pos. Bantuan ini ia dapatkan setiap 3 bulan sekali mulai dari Tahap pertama periode bulan Januari hingga Maret dan tahap kedua bulan April hingga Juni. Namun, ia menceritakan pada saat tahap ketiga dan keempat yaitu periode bulan Juli hingga bulan Desember ia sempat tidak mendapat bantuan sosial ini karena namanya sudah tidak terdaftar lagi sebagai keluarga penerima bantuan sosial ini. Tidak ada kejelasan mengenai mengapa ia tidak mendapat bantuan sosial lagi dan saat ia menanyakan kepada petugas terkait mereka mengatakan bahwa nama Ibu Weni sudah tidak terdaftar lagi sebagai keluarga penerima bantuan sosial.

Pada awal tahun 2024, Ibu Weni mencoba untuk mengajukan kembali dirinya sebagai calon penerima bantuan sosial PKH. Ia mendatangi rumah Pak RT untuk meminta bantuan agar diuruskan dalam proses pengajuan tersebut. Akhirnya, pada awal bulan Februari, kabar baik menghampiri Ibu Weni dimana keluarganya kembali terdaftar sebagai keluarga penerima bantuan sosial PKH dan pada saat itu Ibu Weni mendapatkan bantuan uang tunai sebesar Rp. 450.000. Ibu Weni menyampaikan bahwa dengan kembali didapatkannya bantuan sosial ini, ia merasa cukup sedikit lega, karena dengan bantuan ini bisa mengurangi beban kebutuhan keluarganya.

Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-Maret 2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun