Ada 2 cara seseorg menghadirkan diri:pertama, dengan cara presentia realis (hadir secara nyata, tampak dan kasat mata) dan kedua, dengan caara presentia idealis (tak berjumpa alias tak kasat mata, tetapi kehadirannya tetap terasa).
Presentia Realis menggiring seseorg bertumbuh bersama yang lain dengan cara melebur & berbaur. Memang begitulah cara hadir yang sungguh hadir, yakni menyatu dengan yang lain, dan tanpa menciptakan batasan-batasan yang banal.Sementara seseorang yang menghadirkan dirinya secara presentia idealis, biarbagaimana pun tetap akan menyisakan jarak. Antar orang yang hendak menghadirkan diri dan mereka yang dijumpai tetap akan berjarak & menjaga jarak. Mengapa? sebab di antara mereka berdiri batasan-batasan; dan batasan itu adalah jarak yang memisahkan mereka secara fisik.Pertanyaannya adalah, dapatkan seseorang menghadirkan diri sekaligus dalam dua cara di atas: presentia idealis dan presentia realis? Bila memang bisa terjadi, apakah kehadiran di sana akan tetap memiliki makna yang sama? Tentu saja bisa, tetapi dalam konteks relasi yang intim. Misalnya antara seorang beriman yang begitu mengimani kehadiran Tuhan (yang tak tampak kasat mata, idealis) lewat kehadiranNya di dalam pengalaman kebaikan orang lain di sekitarnya (nyata, realis). Mungkin contoh ini terlalu abstrak. Agar pertanyaan di atas lebih mudah dipahami, maka saya akan memberi contoh relasi lain, yakni relasi dua orang kekasih atau relasi antara dua orang sahabat (sejati).Baik dalam relasi persahabatan maupun dalam relasi antar dua orang yang saling cinta, baik presentia realis maupun presentia idealis sanga dimungkinkan terjadi dengan pemaknaan simbolik yang sama. Artinya, dalam keintiman relasi antar dua orang tersebut bisa saja jarak tak lagi diperhitungkan. Mungkin relasi antar dua orang yang sedang pacaran jauh lebih mudah dipahami bagaimana dua orang bisa memaknai kehadiran fisik dan kehadiran batin kerap dianggap sama, tepatnya dianggap sama kualitasnya.Begitu juga dalam relasi persahabatan antar dua atau lebih orang dalam satu komunitas, misalnya. Kebetulan saya sudah sejak 3 tahun terakhir aktif di salah satu komunitas virtual di fesbuk. Nama komunitasnya adalah Dukung Ahok Gubernur DKI (DAG-DKI), dan grup itu sendiri sudah dihuni lebih dari 40 ribu member; dan di dunia nyata (maksudnya yang telah bertemu secara langsung) aku telah berjumpa dengan sekitar 100 orang.Awalnya komunitas DAG-DKI adalah komunitas virtual, di mana para anggota saling menyapa di dunia virtual, saling berbagi ide dan pengalaman di forum virtual (presentia idealis) sembari merencanakan kopi darat (kopdar) atau pertemuan riil (presentia realis) di komunitas virtual itu juga.Contoh-contoh di atas kiranya mempertegas satu hal, yakni bahwa kehadiran virtual (presentia idealis) dan pertemuan riil (presentia realis) bisa saja bersanding, kendati harus dilandasi oleh rasa saling cinta, saling percaya dan saling berbagi ketulusan rasa. Prasyarat inilah yang memungkinkan dua atau lebih banyak orang bisa saling memaknai kehadiran dengan pemahaman dan pemaknaan yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H