***
Pulau kecil di selatan Sulawesi dengan batu-batu karang yang angkuh adalah tempat dimana Rangga ditugaskan sebagai abdi negara. Jumlah penduduk yang tidak seramai kota kelahirannya membuat waktu berjalan sangat lambat dan menjenuhkan.
"Tarik bro...kailnya !" Suara Daniel sahabat Rangga membuyarkan lamunan
"Siap !!!" Jawab Rangga sambil menghentakkan kailnya "Wwwiiihhhh...pasti ikan hiyu ini, berat banget brother !" lanjut Rangga
"Woyyy... mimpi juga jangan asal bro, kail kamu cuma bikin geli lidahnya si Hiyu kalau cuma dengan umpan pelet..." celetuk Daniel
"Hahahaha..." Mereka berdua asik saling meledek dan tertawa lepas dengan suara altonya. Batu-batu karang yang mirip dengan ikan Kerapu saksi bisu keakraban persahabatan mereka.
Matahari pun mulai meredupkan sinarnya saat Rangga membereskan peralatan memacingnya hari ini. SunSet cantik menawan di barat pulau Selayar merayu manja. Hasil tangkapan ikan lebih dari cukup untuk pesta malam minggu bersama seisi rumah. Rumah yang mereka sewa lumayan sederhana dengan empat orang penghuninya, termasuk Rangga dan Daniel. Keakraban seisi rumah karena persamaan nasib, terasing dari lingkungan sebelumnya dengan atasan dan instansi yang sama.
"Sini...aku bantuin..." Spontan Rangga membalikkan badan ke arah suara wanita dibelakangnya, karena tidak asing lagi di telinganya
"Eeehhh...kamu..." Rangga auto bengong "Larasati..." ucapnya lirih, nyaris tak terdengar
"Iya Mas Rangga...kamu tinggal di pulau terasing ini juga rupanya..." Sahut Larasati sambil membersihkan ikan-ikan hasil tangkapan Rangga dan Daniel hari ini, tanpa menunggu persetujuan mereka berdua terlebih dahulu.