karakter tidak dapat di setting ulang. Konon katanya, karakter merupakan sifat bawaan diri yang tidak dapat dirubah kembali. karakter dapat menjadi pembeda antar manusia dengan manusia yang lain. Berbagai karakter yang ada membuat kita jadi berusaha saling memahami satu sama lain.
Banyak orang yang berfikir bahwaTetapi apakah benar hal tersebut?
Jika seandainya hal tersebut benar, maka kita tidak bisa menyalahkan sifat sifat buruk yang ada di diri tiap manusia. Seperti berbohongg, merampas hak orang lain, tidak pernah mau merasa kalah, apa betul sifat tersebut bisa dibenarkan? Â Wah, pasti dunia akan menjadi porak poranda jika demikian.
"Toh, Â karakter itu sudah ditakdirkan oleh Tuhan, Jika kita berusaha merubahnya maka itu akan sia-sia". Itu contoh pemikiran yang menganggap bahwa karakter betul tidak bisa dirubah.
Tetapi bagaimana kalau seandainya kita menganggap bahwa karakter ini bisa dirubah? katakan saja misalkan kita memiliki karakter yang tidak baik,seperti sering merebut hak orang lain. Tetapi karena kita mau berusaha dan berproses untuk mengubahnya, maka hal tersebut dapat dikabulkan. Tentunya dengan konsisten dan kesungguhan.
Seperti yang kita tahu, kita dan binatang sama sama hidup di bumi ini, sama sama memakan makanan, sama sama meminum air, sama sama diciptakan oleh Tuhan yang Satu. Lalu, apa yang membedakan antara kita dengan binatang?
Tentunya adalah akal. Manusia dibekali akal untuk berpikir, untuk memilah dan memilih, membedakan mana yang buruk dan yang baik. itu pertanda bahwa kita bisa memilih. inilah dasar kenapa karakter kita bisa saja dirubah asalkan kita mau berusaha kita mau berjuang untuk mengubahnya dengan konsisten tapi perlu kita ingat bahwa mengubah karakter ini tidaklah semudah kita mengedipkan mata. Tentunya perlu kesungguhan dan konsisten, serta yakin dan motivasi dari diri kita pribadi. Karena perubahan berasal dari diri sendiri, bukan orang lain.
Nah, jadi ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan jika kita ingin mengubah karakter diri kita!
Pengalaman buruk di masa lalu
pengalaman buruk di masalalu pasti membekas di hati dan pikiran sampai kita beranjak dewasa. Hal tersebut memkeas sebagai energi negative yang bersemayam di diri kita. Contoh yang paling familiar adalah perundungan atau bullying. Semasa sekolah mungkin pernah di olok olok, dijadikan bahan lelucon, dipersuruh oleh kakak kelas, atau bahkan yang lebih mengerikan dari itu.
Atau juga semasa sekolah tidak mendapatkan nilai yang memuaskan, sehingga sering dibanding bandingkan dengan anak tetangga atau sanak saudara yang berprestasi dan dibangga banggakan oleh keluarganya. Dua hal tersebut sering terjadi di kenyataan, atau bahkan mungkin kamu pernah mengalami salah satunya. Pasti kala itu terasa sangat menyakitkan dan membuat kita merasa tidak berharga. Tetapi bagaimana kalau hal menyakitkan itu kita ubah menjadi energi positif?