''Dian, kepribadian kita tuh bertolak belakang banget. Kamu melankolis sempurna, dan Aku senguinis populer,'' celetuk Arjuna suatu ketika.
Kami sedang ngopi di kitra-kitri, mengerjakan artikel ilmiyah untuk persyaratan diklat. Aku tak menanggapinya sama sekali, fokus mengetik, tidak tertarik dengan topik.
''Kamu introvert parah, aku ekstrovert bukan main. Beda banget yah, '' tambahnya lagi.
Malam semakin larut, energiku telah terkuras habis oleh society. Sehingga hanya mangut-mangut menanggapi. Arjuna melirik sekilas, menghela nafas.
''Ohiya, gimana udah nemu bukunya Kalis Mardiasih?'' Arjuna banting setir topik, masih berupaya untuk mengobrol panjang.
Aku menggeleng kecewa ''Di gramedia lagi kosong, ada chanel toko buku lain gak, Jun?''
Arjuna terlihat berpikir sejenak, mengelus dagu dengan jempol dan telunjuk seolah mendalami meneropong wilayah.
''Ada sih, tapi agak jauh. Toko buku bekas tapi, mau ke sana?''
''Boleh, kapan?''
''Lusa gimana? Besok mau ngedate sama Vanya.''
Aku berdecak, mengernyitkan alis. Melirik sekilas ke arahnya, ia memasang kondisi muka polos tak berdosa.