Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara yang masuk sepuluh besar negara dengan utang tertinggi. Pada tahun 2020 hutang Indonesia mencapai USD402,08 miliar atau setara dengan Rp5.589 triliun. Kebanyakan dari hutang tersebut dipergunakan untuk menunjang infrastruktur yang ada di Indonesia saat ini. Di Jakarta dilakukan pembangunan besar-besaran dari segi transportasi, Pemerintah Indonesia membangun KRL, MRT, LRT, dan lain-lain dengan hutang kepada negara lain. Namun, dibalik megahnya infrastruktur negara ada hal lain yang harus dikorbankan yaitu kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri. Kesejahteraan masyarakat sangatlah mengkhawatirkan karena mereka hidup saja sudah susah ditambah dengan harus menanggung segala hutang Indonesia.
Kemajuan infrastruktur negara memang terlihat apalagi jika kita berada di kota-kota besar, contohnya ialah Jakarta. Tak perlu ditanyakan lagi seberapa hebat infrastruktur yang ada di Jakarta. Mulai dari kemajuan transportasi, bangunan, dan fasilitas lainnya tersedia di Ibukota kita ini. Kemajuan Infrastruktur adalah sebuah lading investasi yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia mencoba untuk menaikkan kualitas infrastruktur ibukota agar generasi di masa depan tidak tertinggal oleh zaman. Hal ini berbanding lurus dengan hutang Indonesia, dimana hutang Indonesia lebih banyak dipakai untuk memajukan kualitas infrastruktur yang ada di Indonesia. Namun, infrastruktur yang megah itu hanya bisa kita dapatkan di kota-kota besar saja. Di kota-kota kecil kita tidak bisa menemukan infrastruktur yang ada di Ibukota. Infrastruktur yang ada di kota-kota kecil sangat berbanding terbalik dengan infrastruktur yang ada di kota-kota besar. Ini menunjukan bahwa pembangunan infrastruktur dari hutang Indonesia belum merata dengan sempurna.
Akan tetapi, dibalik megahnya infrastruktur Jakarta terdapat pula orang-orang miskin yang dengan susah payahnya bertahan hidup di Ibukota. Ada yang tinggal dibawah jembatan, ada yang tidak menetap alias pindah-pindah, dan ada juga yang tidur didepan ruko dengan beralaskan kardus. Ini sangat berbanding terbalik dengan megahnya infrastruktur yang ada di Ibukota. Seakan-akan yang miskin akan jadi lebih miskin dan yang kaya akan jadi lebih kaya. Hal itu membuat masyarakat bertanya apakah hutang Indonesia hanya digunakan untuk memajukan infrastruktur dengan mengabaikan nasib masyarakatnya sendiri. Yang lebih jahatnya lagi bahwa hutang Indonesia dibebankan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Dengan hutang sebesar Rp5.589 triliun itu artinya sama dengan satu kepala masyarakat Indonesia akan menanggung beban hutang sebesar Rp23 Juta. Ini sangat mengkhawatirkan mengingat bahwa masyarakat Indonesia sendiri tidak semuanya memiliki uang sebesar itu.
Pemerintah  Indonesia harus segera menyikapi permasalahan ini karena jika terus menerus berhutang kepada negara lain, itu artinya setiap beban yang ditanggung oleh masyarakat Indonesia akan lebih bertambah. Padahal masyarakat Indonesia saja belum semuanya memiliki pekerjaan, lalu harus bagaimana jika mereka harus membayar hutang yang hutangnya saja tidak bisa mereka nikmatin. Masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil dan tidak bisa menggunakan infrastruktur yang dibuat dari hutang Pemerintah Indonesia, mereka tidak bisa menikmatinya. Tetapi, mereka mendapatkan beban yang sama dengan masyarakat Indonesia yang bisa menikmati megahnya infrastruktur yang dibuat dari hutang itu. Sudah sepatutnya, Pemerintah memberikan solusi agar di masa depan generasi yang akan datang tidak lebih berat dalam menanggung segala hutang yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Memang pembangunan infrastruktur adalah investasi jangka panjang, tetapi harus diperhatikan juga kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H