Matthew: lah kok gak ada isinya! Memang benar kotak pensil, tapi cuma kotaknya saja, tak ada isinya.Â
Matthew pun hanya bisa terdiam dengan tatapan tajamnya kepada Lubis dari belakang. Sebaliknya, dari depan pun Lubis hanya tersenyum-senyum sendiri sambil menulis dengan pulpen kesayangannya.Â
Teks anekdot tersebut memiliki inti bahwa tak hanya menyindir perbuatan orang-orang yang suka mencuri, tetapi dapat mengajarkan pesan moral bahwa kita harus bisa mengantisipasi sesuatu, seperti yang dilakukan oleh sosok Lubis.Â
Dengan begitu, fungsi dominan yang ada dalam teks anekdot adalah fungsi sindiran dan mengkritik secara halus karena menggunakan sensasi humor. Tetapi kembali lagi seperti teks atau cerita pada normalnya, tentu ada pesan moral di belakangnya.
Fungsi dominan yang ada di dalam teks anekdot tersebut kemudian harus dapat dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Apabila konteksnya tidak sesuai, maka dapat menyebabkan kekacauan. Karena menurut saya fungsi dominan dalam teks anekdot adalah fungsi sindiran, maka sindiran tersebut harus dapat disampaikan dalam situasi dan kondisi yang tepat. Misalnya konteks sindiran disampaikan dalam sebuah pidato politik, jangan menggunakan sindiran dalam konteks bercandaan sehari-hari, karena dapat menyebabkan pidana dan kasus politik lainnya.Â
Dapat disimpulkan bahwa teks anekdot tak hanya bisa untuk mengkritik dan menyindir pihak tertentu, tapi bisa saja ada pesan moral lainnya di belakang kejadian tersebut seperti teks/cerita pada umumnya. Tetapi fungsi dominan dari teks anekdot sendiri adalah sindiran atau kritik secara menghalus. Fungsi ini pun harus digunakan pada konteks baik situasi dan waktu yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H