Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya telah memberikan kontribusi positif dalam mengatasi risiko Musculoskeletal Disorders (MSD) di kalangan petani dengan menciptakan alat penabur pupuk sederhana. Inovasi ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan para petani di Desa Wonoploso.
Musculoskeletal Disorders merupakan masalah kesehatan yang umum di kalangan petani, yang seringkali disebabkan oleh gerakan repatiftif dan beban berat selama aktivitas pertanian, seperti penaburan pupuk secara manual. Untuk mengatasi permasalahan ini, mahasiswa Untag Surabaya Septa Vandy Putra berinisiatif menciptakan alat penabur pupuk yang sederhana namun efektif.
Alat penabur pupuk ini dirancang untuk mengurangi beban kerja fisik petani, sehingga dapat mengurangi risiko cedera dan gangguan muskuloskeletal. Dengan menggunakan teknologi sederhana, alat ini dapat meningkatkan efisiensi penaburan pupuk, sambil memberikan perlindungan terhadap kesehatan para petani.
Pengabdian masyarakat ini bukan hanya sekedar memberikan solusi teknologi, tetapi juga melibatkan pelatihan dan pendampingan kepada petani di Dusun Pandansari, Desa Wonoploso. Septa, mahasiswa Untag Surabaya turut memberikan edukasi mengenai penggunaan alat penabur pupuk. Sehingga, petani dapat mengoptimalkan penggunaannya untuk meningkatkan hasil pertanian mereka.
Program ini merupakan contoh nyata bagaimana mahasiswa dapat berperan aktif dalam menciptakan solusi inovatif untuk permasalahan sosial di masyarakat. Selain memberikan manfaat langsung bagi petani, pengabdian masyarakat ini juga melibatkan kolaborasi antara akademis dan komunitas, memperkuat konsep pengembangan berkelanjutan dalam konteks pertanian.
Melalui inovasi ini, mahasiswa Untag Surabaya menunjukkan peran penting perguruan tinggi dalam memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Diharapkan, upaya ini dapat menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan lainnya untuk terlibat aktif dalam pengembangan solusi inovatif guna meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat di berbagai sektor.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa didampingi oleh Dosen Pembina Lapangan (DPL) Angga Dutahatmaja, S.kom., MM. walaupun septa tidak hanya berpartisipasi dalam kegiatan lapangan, tetapi berhasil mengembangkan dan menerapkan alat penabur pupuk yang sederhana yang berinovatif dalam upaya meningkatkannya produktivitas kelompok pertanian.
Cara kerja alat penabur pupuk cukup sederhana dengan menampungnya pupuk dengan pipa paralon dengan ukuran 2 dim yang dialirkan kebawah. Pupuk dialirkan melalui sambungan pipa yang menuju kebawah, setelah itu pupuk butir bergerak ke bawah mendekati lubang, ketika alat penabur pupuk ditekan maka lubang keluar akan terbuka dan menyebabkan pupuk butir dapat keluar.
Pembuatan alat penabur pupuk mekanis sederhana yang memanfaatkan bahan-bahan dengan mudah di toko bangunan. Alat penabur pupuk mekanis ialah salah satu langkah kreatif dalam menabur pupuk, sehingga petani tidak perlu membungkuk dan tidak gampang lelah. Selain itu, ketua kelompok petani di dusun Pandansari yang lain juga cukup antusias dan penasaran dengan cara kerja. Harapan penulis untuk kedepanya, semoga alat penabur pupuk mekanis yang telah saya rancang dapat bermanfaat dan digunakan pada kelompok-kelompok tani lainnya. (Arjuno Widya Pratama)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H