Yakin saya tidak salah tulis? Ya, benar sekali!
Terlepas Anda sudah menikah namun belum dikaruniai anak, maupun Anda yang masih lajang, siapkan dulu masa depan calon buah hati sebelum waktu itu tiba. Waktu apa? Waktunya menikah dan memiliki anak, pastinya. Jika ada yang menanyakan, “Kalau saya belum ada calonnya, gimana?”, maka saya pun menjawab, “Ya nggak masalah. Siapa tahu ketika Anda sudah mempersiapkan diri dan masa depan anak, Tuhan mengirimkan jodohnya?”
Mengapa menyiapkan masa depan anak perlu dilakukan jauh-jauh waktu?
Coba amati teman, rekan, sahabat dan tetangga yang mempunyai anak kecil, terutama bayi. Pernahkah mereka menceritakan atau bahkan mengeluhkan betapa besarnya pengeluaran mereka setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi buah hati? Mulai susu, makanan penunjang air susu ibu (ASI), vitamin hingga kontrol rutin.
Belum lagi mereka harus membeli popok. Bisa dibayangkan, kira-kira kalau dalam sehari saja seorang bayi harus berganti popok sekali pakai minimal tiga kali, coba hitung berapa banyak popok yang dibutuhkan dalam sebulan? Ada 90 popok kan? Misal sebungkus popok sekali pakai berisi 20 buah, tinggal dikalikan saja berapa harganya. Dan pengeluaran itu rutin setiap bulan lho!
Beberapa waktu lalu, ada seorang rekan yang menceritakan banyaknya alokasi anggaran rumah tangganya yang dialihkan untuk kebutuhan sang bayi. Bahkan setiap baru menerima gaji bulanan, ia selalu mampir ke koperasi kantor untuk membeli susu dan popok. Alhasil ia pulang dengan mengendarai sepeda motor, sembari membawa tas kresek besar berisi titipan istrinya untuk anak pertamanya. Contoh bapak teladan ya seperti ini, hehehe.
Ketika anak sudah mulai bertumbuh ke atas dan ke samping, ia tentu membutuhkan pendidikan yang baik untuk masa depannya, mulai taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan universitas. Kebutuhan akan ilmu inilah yang terpenting dari beberapa kebutuhan penting sebelumnya. Yang perlu digarisbawahi pula, semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin besar juga biaya yang dibutuhkan.
Saya bersyukur, bisa dilahirkan di tengah keluarga yang sangat memperhatikan pendidikan. Meski hidup sederhana, kedua orang tua memfasilitasi saya dan adik untuk mengenyam studi di sekolah dan kampus yang baik. Sewaktu masih kecil, saya pernah menanyakan alasan kedua orang yang tidak asal memilih sekolah untuk kami berdua. Jawaban mereka sederhana, agar kami mendapat pendidikan yang baik. Dan saya tahu betul, bagaimana mereka harus bekerja keras demi menghidupi keluarga dan memenuhi kebutuhan sekolah saya dan adik yang cukup besar, apalagi saat masih duduk di bangku TK dan SD yang notabene swasta.
Bagaimana cara melindungi masa depan anak sedini mungkin?
Saya tidak akan membagikan cara menjadi ibu rumah tangga yang baik dalam mengelola keuangan keluarga demi masa depan buah hati. Tidak. Berhubung saya belum menikah, saya akan membagikan apa yang bisa dan dapat dilakukan selama ini. Semoga bermanfaat untuk Anda yang masih single, yang juga tengah menyiapkan yang terbaik untuk keluarga di masa depan. Pasalnya, menyiapkan masa depan anak bisa dilakukan bahkan ketika Anda (dan saya) masih muda.
1. Jika Anda mendapat kesempatan untuk sekolah dan kuliah, manfaatkanlah sebaik mungkin.
Bila perlu, setinggi-tingginya. Mengapa? Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan karena berbagai alasan, seperti waktu, uang, tenaga dan sebagainya.
2. Isi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat dan produktif.
Kegiatan yang dipilih bisa berdasarkan kebutuhan maupun minat, bisa di dalam maupun luar kampus. Banyaknya agenda akan membuat Anda semakin terlatih mengerjakan berbagai persoalan dan keadaan yang tidak dipelajari di dalam kelas, berkomunikasi dengan banyak orang dan menambah teman. Sekalipun dampaknya belum terasa sekarang, yakinlah bahwa apa yang Anda pelajari ini akan berguna di masa mendatang. Saat sudah berumah tangga, mungkin.