[caption caption="Ilustrasi menunggu (sumber: https://movingtowardsthelightdotcom.files.wordpress.com/2015/03/bigstock-single-woman-alone-swinging-on-84228041.jpg)"][/caption]
Minggu Ketiga (Terinspirasi Lagu)
Empat tahun menjalani kesendirian adalah masa-masa sulit untuk Nesya. Melupakan Ken yang biasa menemaninya sedari pagi hingga malam hari sejak awal masuk perkuliahan, seakan menjadi hal yang mustahil. Tidak ada yang istimewa dalam diri kekasihnya itu, selain kesabarannya membimbing Nesya yang manja, polos, dan sedikit ceroboh.
“Pagi, Nesya. Selamat bekerja ya, semoga harimu menyenangkan!” Begitulah isi Short Message Services (SMS) dari Danny, teman sekelas Nesya sewaktu kuliah. Tidak lama kemudian, ia menerima WhatsApp Messenger dari Teddy, teman sekantornya.
“Good morning, Nes. Kujemput ya, nanti kita sarapan bubur dulu, ok?”
Ponsel gadis berperawakan tinggi semampai itu selalu berdering setiap harinya. Entah ada teman yang sekadar menanyakan kabar, mengajak makan, hingga menelepon untuk menjemputnya berkencan. Pertanyaan kabar masih diresponnya sesekali. Tetapi ajakan mereka selalu ia abaikan.
“Sudahlah, Nes, buat apa kamu mengharapkan Ken kembali? Kalau dia sayang, nggak mungkin dia ninggalin kamu saat keluarga kesusahan,” Astry, sahabatnya menasehati.
“Aku hanya menunggu, Try,” jawabnya.
“Menunggu apa? Menunggu dia berubah dan meninggalkan kebiasaan buruknya yang sering membuatmu menangis? Sampai kapan?” nadanya mulai meninggi.
Nesya memandang Astry dengan tatapan kosong. Ia memilih masuk ke kamar, kemudian membenamkan tubuhnya ke atas ranjang.
“Aku menunggu untuk jatuh cinta lagi dan tidak akan membiarkannya hilang.” jawabnya dalam hati.