[caption caption="ilustrasi wanita mengajar anak-anak asuhnya (sumber: http://media.salemwebnetwork.com/cms/CW/family/children/28091-sunday-school-1200.1200w.tn.jpg)"][/caption]
Minggu ketiga (terinspirasi lagu)
Berbicara “hidup dalam cinta” tidak selalu identik dengan kasih eros antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dibuai asmara. Hidup dalam cinta bisa juga berarti memberi tanpa batas, tanpa mengharapkan balasan apapun. Mencintai berarti tidak menghitung tetapi memberikan segalanya kepada orang lain dengan tulus dan lembut hati.
“Mom, terima kasih sudah mau mendengarkan curhatku. Aku yang tadinya takut menjalani hari-hari ke depan, mulai bersemangat karenamu,” ungkap Kiara, salah satu anak asuhku.
“Hidup dalam cinta menghilangkan setiap cecer dosa yang merah menjadi seputih bulu merpati,” kataku.
“Ternyata nggak mudah ya untuk mengasihi orang lain yang jahat sama kita, Mom?” curhat Dini, anak asuhku yang lain di waktu yang berbeda.
“Dini suka jalan-jalan?” tanyaku. Gadis berumur sepuluh tahun itu mengangguk.
“Mengasihi itu seperti sebuah perjalanan. Ke mana pun kaki ini melangkah, kita harus terus menabur damai dan sukacita dalam setiap hati sehingga menjadi berkat untuk orang lain."
Hidup dalam cinta, mungkin inilah panggilan hidupku. Bagiku, Tuhan adalah hadiah terbesar sehingga tidak ada satu pun yang kuinginkan lagi, selain cinta-Nya. Dialah empunya cinta. Cinta agape dari-Nya kepada manusia berdoa sepertiku, sangat tulus, tanpa balasan yang tak mampu kulakukan. Karena-Nya, aku pun memilih tinggal dan diam bersama-Nya, membagikan kepada orang lain tentang makna hidup dalam cinta.
Bandung, 21 Maret 2016
Luana Yunaneva