Penantian saya berakhir sudah! Setelah menanti lebih dari sebulan, akhirnya barang yang saya tunggu-tunggu datang juga, yakni sebuah buku (tepatnya kitab) impor. Ini merupakan pengalaman perdana saya membeli buku impor secara online.
Mengapa saya harus susah-susah membeli buku dari luar negeri? Alasannya sepele. Bukunya sulit didapatkan di Indonesia karena berbahasa Prancis.
Selama ini, saya kesulitan untuk mendapatkan buku-buku berbahasa Prancis di toko-toko buku di Tanah Air, termasuk kamus. Kalaupun ada, entah mengapa saya kurang sreg karena kebanyakan terjemahannya Prancis-Indonesia dan sebaliknya. Saya ingin memiliki setidaknya kamus Prancis-Inggris supaya bahasa Inggris yang saya kuasai tidak kacau karena mempelajari dua bahasa asing sekaligus.
Pernah suatu kali, saya mendapatkan kamus Prancis Larousse justru di salah satu pusat penjualan buku bekas, Pasar Blauran. Itu pun saya mendapatkannya secara tidak sengaja karena awalnya saya mencari kamus Oxford Inggris-Prancis, namun tidak ada. Akhirnya, sebuah kamus Prancis-Prancis untuk anak-anak dan pemula terbitan Larousse tahun 1980, saya beli cukup dengan merogoh uang sebesar Rp40.000,00 pada awal tahun 2015. Harga itu saya dapatkan sesudah menawar dari harga semula yang disodorkan Rp75.000,00. Sementara kamus Larousse yang lain, saya beli dari guru les yang baru pulang dari negara mode itu, baik kamus mini maupun maxi poché. Duh, maafkan murid yang merepotkan ini ya! Je suis désolée, Mademoiselle Trial et Mademoiselle Tanti :)
Sungkan menitip barang lebih dari satu dan takut merepotkan, saya mencoba membeli buku impor secara online. Setelah browsing ke sejumlah blog, ada dua toko buku online yang cukup lengkap, menurut saya.Â
1. Amazon
Berbagai macam buku ada di sini, baik baru maupun bekas. Harganya juga beragam, bisa disesuaikan isi kantong. Buku baru bisa dipastikan memiliki selisih harga yang cukup jauh dengan buku bekas. Sementara, second-hand pun dijelaskan secara detail perihal kelayakan, kemulusan maupun kerapiannya. Dengan begitu, konsumen bisa membayangkan kondisi buku bekas yang kelak akan dimilikinya.
Berhubung buku ini impor, tentu konsumen akan memikirkan ongkos kirim (ongkir)-nya. Sayangnya, ongkir tetap ditanggung pembeli. Kalau kita berada di Indonesia, cukup mahal pastinya. Bahkan bisa jadi, ongkirnya lebih mahal dibanding buku yang dibeli. Semakin cepat pesanan diharapkan datang, tarifnya pun semakin mahal. Saat memesan pun, tidak semua toko buku di Amazon bisa mengirim paket ke Indonesia. Jadi, perlu dicek ulang ya!
Satu lagi, pembelian buku di Amazon hanya bisa dilayani menggunakan kartu kredit, bukan debit. Mungkin inilah yang cukup menyusahkan, bagi pecinta buku yang tidak menggunakan kartu kredit.
2. Book Depository
Tak jauh berbeda dengan Amazon, beragam buku ada di sini. Pembayarannya juga menggunakan kartu kredit. Hanya saja, buku yang dijual masih baru dan bebas ongkir. Nah, ini yang saya suka! Berhubung gratisan, jadi harap maklum ya kalau sampainya cukup lama. Menurut review di beberapa blog, pesanan buku akan sampai di tujuan sekitar satu hingga dua bulan. Book depository juga tidak memberikan nomor resi supaya konsumen bisa mengecek. Jadi, kondisi ini membuat konsumen harus ekstra sabar, bahkan ikhlas (bila perlu) kalau buku yang dipesan tidak sampai tujuan dengan selamat. Namanya juga gratisan, hehehe. Meski begitu, tetap berdoalah! Kesabaran itu sudah saya buktikan. Nyatanya pesanan buku saya tiba dalam 35 hari, hehe.