"Jangan keluyuran ke daerah sana ya! Jangan pergi ke sana tanpa izin Mama Papa!" begitu pesan kedua orang tua saya sekitar 15 tahun yang lalu, saat saya masih duduk di bangku sekolah.Â
Pada saat itu, memang menjadi image negatif saat anak-anak muda bepergian sendiri tanpa pendampingan orang tua. Terutama ke tempat-tempat bernuansa alam, yang bisa saja disalahgunakan oleh anak-anak muda yang kurang bertanggung jawab.
Namun saya rasa, pandangan tersebut perlu ditata ulang. Saya menyadari, adalah kewajiban orang tua ketika mereka mengingatkan anak-anaknya saat hendak bepergian bersama teman-teman.Â
Entah itu teman biasa maupun teman istimewa. Namun, di era sekarang yang mengharuskan kita melakukan banyak aktivitas secara daring, kita perlu mengatur ritme kehidupan. Salah satunya dengan bepergian ke alam terbuka.
Di kawasan Kabupaten Kediri, misalnya, pemerintah setempat terus berupaya mengembangkan potensi masing-masing desa. Mulai potensi wisata alam, kuliner, industri kreatif, dan sebagainya.Â
Termasuk kawasan Sumber Podang, yang sempat saya ceritakan di atas sebagai tempat yang cukup tabu, saat ini mengalami hal yang sama.
Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengunjungi Desa Wisata Sumber Podang bersama keluarga. Saya lihat mulai ada pembenahan di sejumlah titik. Sebut saja, kondisi tempat parkir saat ini lebih tertata, dengan penjaga yang siap sedia menolong pengunjung menata kendaraan.Â
Bila tahun 2017 lalu masih ada tanah kosong yang tidak terpakai dan hanya ada sampah yang berserakan, kini tanah tersebut sudah menjadi taman kecil yang asri.
Saat dukungan pemerintah mengalir ke desa ini, tentu saja, warga setempat tidak tinggal diam. Kalau beberapa tahun yang lalu tidak ada pedagang yang berjualan di dalam lokasi wisata, kini sudah ada warga sekitar yang menjajakan dagangannya.Â
Kuliner yang dijual tidak hanya makanan ringan dan minuman yang banyak dijumpai di pasaran, tetapi juga kuliner khas setempat, seperti nasi goreng tiwul, madu murni, durian, dan kopi durian.