Ilmu bisa didapatkan dengan berbagai macam cara. Sebagian besar orang memilih untuk menempuh pendidikan formal, seperti sekolah untuk bisa meningkatkan keterampilan maupun kemampuan mereka. Tetapi ada juga orang yang menjatuhkan pilihannya pada pendidikan nonformal, seperti kursus, pelatihan singkat dan sebagainya.
Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan menghadiri Food and Beverage (F&B) Indonesian Culinary Kopdar ke-19. Ini adalah kali pertama komunitas kuliner nonprofit yang berpusat di Jakarta untuk menghimpun para praktisi kuliner di Tanah Air, mengadakan acara serupa di Kota Kediri, Jawa Timur. Kegiatan yang dihelat dari satu kota ke kota lainnya ini tidak hanya asal kopi darat tetapi juga memberikan pelatihan singkat dan menjalin komunikasi dengan baik dengan para pegiat kuliner di daerah-daerah yang menjadi tempat penyelenggaraan acara. Apalagi selama ini mereka hanya banyak berinteraksi melalui jejaring sosial Facebook, yang menjadi awal perkenalan mereka pada tahun 2014.
Bertempat di Rumah Makan Mirasa 2 Kota Kediri, lebih dari 200 praktisi kuliner turut hadir dalam kegiatan bertajuk "How to be A Profesional Chef?". Dengan menghadirkan para ahli di bidang tata boga, seluruh peserta juga mendapatkan pembekalan yang tentunya sangat menunjang kinerja mereka di bidang tata boga.
Sebut saja dalam demo ice carving, Chef Norman Avianto mengajak peserta melihat secara langsung, mengenai proses pembuatan dekorasi es batu yang biasa digunakan pada pesta pernikahan dan gatheringperusahaan. Tak tanggung-tanggung, ia melibatkan beberapa orang untuk memberikan contoh prosesnya bahkan risiko yang dihadapi, seperti jari yang terluka akibat terkena pisau.
Tak hanya demo, komunitas yang bermula dari jejaring sosiall facebook ini juga menggelar Plating Competition atau lomba menghias menu. Kali ini pihak penyelenggara menampilkan puding sebagai menu yang akan dihias. Perlombaan tersebut cukup menarik antusiasme peserta dari berbagai tingkat usia. Dengan berhati-hati mereka menghiasi piring saji dengan cokelat, selai, dan aneka bahan yang disediakan agar dewan juri menjatuhkan predikat pemenang pada dirinya. Ketika dewan juri mengumumkan bahwa Charlotta, peserta termuda yang masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar, para penonton pun bersorak gembira. Mereka semua tertegun menyaksikan semangat anak perempuan itu saat melakukan plating. Sementara, dua pemenang lainnya merupakan siswa dan siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Kota Kediri.
"Saya ikut acara ini memang keinginan sendiri untuk lebih meningkatkan kemampuan saya," tutur Elia Fitria, salah seorang peserta. "Tadi saya sempat menang plating competitionjuga, padahal baru setahun belajar di sekolah."
Kediri, 20 November 2017
Luana Yunaneva
Sebelumnya tulisan ini telah dipublikasikan di blog pribadi penulis