Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menu yang Aman, Sehat dan Lezat? Ya di Rumah!

7 Maret 2017   21:34 Diperbarui: 9 Maret 2017   20:00 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capcay homemade (foto: dok.pri.)

Memasak bukanlah aktivitas yang baru bagi keluarga kami. Sejak saya masih kecil, Mama memasak makanan bagi kami sekeluarga setiap harinya, baik untuk makan pagi, siang maupun malam. Menu yang disajikan tak selalu mewah dan berlebihan, tetapi saya bisa memastikan hasil olahan tangan Mama tentu bersih dan sehat.

Untuk berbelanja bahan makanan, Mama melakukannya sendiri dengan membeli aneka sayuran dan bahan mentah di penjual sayur keliling dan pasar dekat rumah. Proses pembersihan, pemotongan dan pengolahannya juga dilakukannya sendiri. Kecuali jika saya sedang libur sekolah – saat saya masih kecil – biasanya Mama memberikan kepercayaan kepada saya untuk membantunya. Job description saya sangat sederhana, yakni memotong dan mengupas bahan makanan, seperti bawang merah dan putih, wortel, sawi, kangkung dan sebagainya. Jadi asisten Mama di dapur, begitulah. Untuk urusan memasukkan bahan dan mengolahnya, itu bagian Mama sebagai master chef.

“Kamu lihat saja dulu gaya Mama saat memasak, Lu. Nanti kamu praktikkan sendiri kalau sudah merantau, misal kuliah dan bekerja di luar kota,” saya ingat betul pernyataan Mama tersebut kalau saya menawarkan bantuan untuk memasak. Dulu.

Pengalaman memasak bersama Mama di rumah (foto: dok.pri)
Pengalaman memasak bersama Mama di rumah (foto: dok.pri)
Singkat cerita, sejak duduk di bangku sekolah, saya tidak pernah memasak di dapur, kecuali memasak air, telur dan mi instan. Saya mengikuti anjuran Mama untuk sering menemani dan melihat beliau ketika “beraksi” di dapur”. Setidaknya, saya tahu, bagaimana kebiasaan Mama dalam memotong, menakar dan mengolah bahan-bahan makanan, termasuk bumbu-bumbu.

Memberikan menu terbaik untuk keluarga, tentu membuat Mama ingin memberikan apa yang terbaik bagi keluarga. Caranya dengan menggunakan bahan-bahan alami. Selain sayuran segar dan lauk-pauk yang masih bagus dari pasar maupun penjual sayur keliling, Mama juga memperhatikan penyedap rasa yang digunakannya. Gula dan garam sudah jelas tak boleh Mama lewatkan begitu saja. Untuk penyedap rasa, berdasarkan pengamatan saya sejak masih kecil, Mama selalu menggunakan Masako, salah satu produk penyedap rasa yang diproduksi PT. Ajinomoto.

“Mengapa Mama suka pakai Masako untuk memasak apapun?” tanya saya sewaktu masih kecil.

“Bahannya alami, Lu. Lagipula, cukup tuangkan sedikit Masako, masakan sudah terasa sedap. Mama tidak perlu menambah vetsin atau bumbu macam-macam,” papar Mama sembari mengaduk olahannya.

Sejak saat itu, saya bertekad untuk belajar banyak hal terkait kuliner dari Mama tercinta. Tak hanya bahan-bahan yang digunakan, tetapi juga penyedap rasa alami yang menjadi pilihan bagi keluarga. Kalau bahannya sudah alami, sudah tentu aman dan halal, bukan?

Masako yang sering digunakan Mama di rumah terbuat dari daging ayam dan sapi asli yang sudah diolah dengan bumbu rempah pilih. Pengolahannya menggunakan teknologi tinggi dan higienis, membuat produk PT. Ajinomoto berkemasan dominan warna kuning tersebut mampu menghasilkan bumbu kaldu penyebab dengan rasa daging asli berkualitas.

Tak berbeda dengan produk yang dihasilkan PT. Ajinomoto lainnya, Masako dikenal memiliki rasa umami atau gurih, terutama pada sejumlah makanan khas Indonesia. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1969 tersebut menggunakan fermentasi bahan alami tetes tebu dan tepung singkong untuk menghasilkan penyedap rasa yang alami dan halal. Ditambah dengan 78 persen glutamat, 2 persen sodium dan 10 persen air, paduan rasa pun menjadi satu. Itulah kelezatan sejati Ajinomoto.

Sebelum makan bersama keluarga, kami berfoto ria lebih dulu. Say cheese! (foto: dok.pri)
Sebelum makan bersama keluarga, kami berfoto ria lebih dulu. Say cheese! (foto: dok.pri)
Yang namanya lidah, memang tak dapat dibohongi. Kesan yang Mama berikan kepada keluarga melalui olahan tangannya sangat mendalam, bahkan ketika saat ini kami terpisahkan oleh jarak dan waktu. Saya masih ingat betul, bagaimana lidah saya mengecap sesendok nasi dengan sayuran dan lauk-pauk buatan Mama, serta sensasi yang saya rasakan sesudahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun