Menjalani hidup sesuai passion tentu tidak mudah, apalagi jika bidang yang kita tekuni masih belum menjadi tren pada mulanya. Positifnya, kita sudah melihat peluang besar ke depan. Namun sayang, ada saja hal yang menghalangi langkah kita untuk menggapainya. Tak terkecuali orang-orang terdekat kita.
Itulah yang saya alami pada mulanya.
Kaki di mana saya berdiri ini berawal dari keberanian untuk banting setir jurusan, saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Saya yang semula belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) setiap harinya, tiba-tiba berbalik arah mempelajari ilmu pengetahuan sosial (IPS) sejak akhir semester ganjil atau sekitar empat bulan jelang ujian akhir nasional (UAN). Alasannya, memperdalam passion saya di bidang ilmu komunikasi, yang seleksi masuk perguruan tingginya mewajibkan peserta mengikuti tes bidang sosial.
Bersyukur, Tuhan mendengarkan doa saya dengan memberikan kesempatan diterima di salah satu perguruan tinggi negeri, di juruan yang saya idam-idamkan, yakni Ilmu Komunikasi.
Tak ingin sekadar menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang, saya berusaha mengisi hari-hari di luar perkuliahan dengan menjadi penyiar, event organizer dan mengurus radio management di salah satu radio di Kota Malang, sejak Maret 2009. Alhasil, saya pun berubah menjadi mahasiswa kura-kura alias kuliah-rapat-kuliah-rapat. Di tengah jadwal perkuliahan dan mengerjakan tugas yang padat, saya juga dituntut tampil profesional dengan membawakan program acara dengan baik. Para konsultan di radio pernah mengajarkan bahwa pendengar tidak mau tau kondisi penyiar yang sakit bahkan patah hati. Yang mereka ingin tahu adalah lagu-lagu yang enak didengar, penyiarnya yang ceria dan bersemangat, serta materi yang bermanfaat. Pesan mereka inilah yang terus saya ingat hingga kini, yakni memberikan penampilan yang terbaik bagi audiens.
Pengalaman siaran di salah satu radio di Kota Malang (dokpri)
Aktivitas menjadi penyiar radio tidak hanya saya lakukan di Kota Malang, tetapi juga Kota Kediri. Kebetulan, skripsi saya meneliti pola interaksi antarpendengar di salah satu radio di kota yang terkenal dengan kuliner tahu kuning dan getuk pisang itu. Jadi, selama beberapa waktu saya menetap dan melakukan penelitian, termasuk dengan bersiaran dan bertemu langsung atau kopi darat dengan para pendengar. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya karena dapat menyapa langsung orang-orang yang selama ini hanya saya dengarkan keakrabannya melalui udara.
Pengalaman siaran di salah satu radio di Kota Kediri (dokpri)
Selama berstatus sebagai mahasiswa pun, saya tak hanya bisa mengejar passion yang berhubungan dengan studi tetapi juga menyalurkan hobi. Selama dua tahun, saya menjadi anggota paduan suara di kampus. Bergabung dengan tim sopran satu (suara tinggi wanita), saya dan teman-teman berlatih untuk membawakan lagu-lagu dengan baik dan benar, kemudian menyanyikannya dalam sejumlah acara di kampus. Sebut saja penyambutan mahasiswa baru, pengukuhan guru besar dan wisuda.
Selepas kuliah, ternyata passion saya terhadap media, terutama radio tak berkurang. Saya pun mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan salah satu radio swasta di Kota Surabaya, awal tahun 2015. Segmen berita yang menjadi fokus radio ini, cocok dengan passion saya yang sejak kecil ingin menjadi pembaca berita. Baru tiga hari bergabung, sang manajer memberikan kesempatan kepada saya untuk membacakan berita olahraga pukul 13.00, duet dengannya. Kepercayaan ini merupakan kesempatan yang tidak saya sia-siakan.
Pengalaman di salah satu radio swasta di Kota Surabaya (dokpri)
Seiring berjalannya waktu, ternyata kecintaan saya terhadap dunia pemberitaan tidak hanya berhenti sebagai news staff yang bertugas menyunting tulisan yang akan dibacakan dan menyiarkannya dalam sebuah program berita, tetapi juga meliput langsung ke lapangan. Bertemu dengan banyak orang baru, menambah wawasan yang sebelumnya tidak saya dapatkan selama duduk di bangku perkuliahan, mulai dari orang-orang dari kalangan atas hingga bawah. Saya sangat menikmati suasana semacam ini karena dapat mempelajari banyak hal menarik dari orang-orang yang sebelumnya tak saya kenal itu.
Pengalaman mewawancarai Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Joaquin Monserrate, tahun 2013 (dokpri)
Sesudah melakukan wawancara, saya berfoto dengan Direktris Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya, Veronique Mathelin dan Penanggung Jawab Bidang Komunikasi dan Budaya IFI Surabaya, Pramenda Krishna(dokpri)
Berkarier di radio membuat hobi saya mendengarkan
musik juga dapat tersalurkan dengan baik, melalui sejumlah event musik yang digelar secara off-air dan menonton konser musik sebagai bagian tugas liputan, terutama musik klasik. Hobi menikmati alunan lagu terpuaskan, wawasan di bidang musik bertambah dan bahan liputan sudah ada di tangan. Lengkap kan?
Berkat liputa, saya bisa bertemu lady rocker favorit, Mel Shandy (dokpri)
Belum lagi, ada sebuah grand piano di kantor yang menjadi “kekasih” saya, sepulang bekerja. Sebab, saya kerap mengunjungi dan memainkannya setelah bekerja seharian. Lumayan, memainkan beberapa lagu dapat melemaskan jemari yang kelelahan mengetik mulai pagi hingga sore hari.
Passion bermusik pun dapat saya lakukan hampir setiap hari. Dengan bermain piano di ruangan tersebut, saya juga semakin akrab dengan teman-teman yang juga memiliki hobi
menyanyi dan memainkan piano, meski jumlahnya dapat dihitung dengan jari
Lihat Lyfe Selengkapnya