Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Gap Infrastruktur di Jawa dan Luar Jawa?

1 Juli 2016   23:32 Diperbarui: 5 Juli 2016   16:26 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan suatu negara tidak lepas dari infrastruktur yang memadai di seluruh daerah. Demikian idealnya. Sementara realitanya, hal ini sulit diterapkan, termasuk di Indonesia.

Selama ini, Pemerintah Indonesia sangat menganakemaskan Pulau Jawa dengan memperhatikan instrastrukturnya, seperti jalan, lahan, ketersedian air dan sebagainya. Perhatian besar ini tentu tidak lepas dari operasional pemerintah pusat yang dilakukan di pulau ini, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya sebagai ibukota negara dan ibukota provinsi.

Sementara, perhatian pemerintah untuk kota-kota kecil di Pulau Jawa, menurut saya, hanya untuk kawasan-kawasan tertentu yang dianggap memiliki potensi “lebih”. Itu pun dilakukan pemerintah daerah setempat. Pengembangannya dilakukan pihak swasta yang memanfaatkan kekosongan potensi menjadi lahan bisnis mereka. Mengutip situs berita kompas.com, dalam penanganan infrastruktur suatu wilayah, pihak swasta bahkan harus turun langsung ke lapangan agar kawasan itu bisa hidup. Kondisi ini sangat berbeda dengan China, di mana sejak awal pemerintahlah yang menguasai dan membangun infrastruktur, termasuk jalan. Kalau pemerintah yang meng-handle semuanya, bisa dipastikan bahwa pembebasan lahan tidak akan mengalami masalah. Sesudahnya, proyek pengembangan kawasan ditawarkan kepada para investor dan pihak swasta yang tertarik menggarapnya. Prosesnya pun tidak sembarangan tetapi dilaksanakan melalui tender.

Lalu bagaimana dengan kondisi infrastruktur di luar Jawa?

Bagi saya, pembangunannya masih belum berbeda. Berkebalikan dengan Pulau Jawa, jangankan fasilitas aneh-aneh seperti pusat perbelanjaan yang megah dan cantik, akses jalannya saja tidak mulus.

Rizky, salah seorang sepupu yang bekerja di Kalimantan pernah bercerita kepada saya bahwa ia harus menempuh jalan yang cukup terjal dan berliku dari bandara hingga tempat kerjanya sehingga ia terpaksa menahan rasa pusing dan mual selama delapan jam perjalanan. Tidak ada alat transportasi pilihan untuk menuju ke sana, selain menggunakan jasa travel yang sudah dipesan sebelumnya. Bus DAMRI milik pemerintah pun tidak tersedia. Kondisi ini sangat berbeda dengan kemudahannya mengakses beragam transportasi umum di kota asalnya, Surabaya.

Perbaiki Infrastruktur untuk Arus Mudik Lebaran (sumber foto: http://bimg.antaranews.com/kaltim/2015/07/ori/20150706gamalis_1.jpg)
Perbaiki Infrastruktur untuk Arus Mudik Lebaran (sumber foto: http://bimg.antaranews.com/kaltim/2015/07/ori/20150706gamalis_1.jpg)
Lain lagi cerita dari Kota Jayapura, Papua. Dituturkan kedua orang tua yang tinggal di sana, meski Jayapura merupakan ibukota provinsi, jangan dibayangkan lokasinya seperti ibukota provinsi yang lain, seperti Bandung, Semarang dan Surabaya. Jalanan di ujung timur Tanah Air itu malah didominasi kelokan yang menanjak dan menurun tajam sehingga diperlukan tingkat konsentrasi dan kehati-hatian tinggi ketika mengemudikan kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil. Kendaraan yang ditumpangi pun sebisa mungkin dalam keadaan yang prima. Jika tidak, pengemudi dan penumpang beresiko jatuh ke jurang dan selokan yang cukup dalam. Belum lagi, minimnya transportasi publik juga sangat menyulitkan warga untuk bepergian. 

Jalanan di Jayapura, Papua (sumber foto: https://bakulkangkungjpr1.com/2015/09/21/riding-minggu-pagi-menuju-pantai-holtekam-muara-tami-jayapura-papua/)
Jalanan di Jayapura, Papua (sumber foto: https://bakulkangkungjpr1.com/2015/09/21/riding-minggu-pagi-menuju-pantai-holtekam-muara-tami-jayapura-papua/)
Salah satu hal yang menarik di Papua adalah “taksi”. Jangan dibayangkan taksinya seperti taksi-taksi di Pulau Jawa yang menggunakan mobil cantik ber-AC, serta supir rapi dan berseragam. Lantaran taksi di sana justru mirip angkutan kota (angkot) di Pulau Jawa. Kalau penumpang sedang terburu-buru pergi ke suatu tempat, ya mereka harus membayar “lebih” demi privasi. Tarifnya? Jangan ditanya! Seharga ongkos taksi di Pulau Jawa dengan jarak yang cukup jauh.

Banyak
Banyak
Beberapa pengalaman tersebut dapat memberikan sedikit gambaran bahwa pembangunan infrastruktur Indonesia sentris masih belum merata. Masih ada gab antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Minimnya fasilitas dan pembangunan di luar Jawa ini tentu berdampak pada perekonomian masyarakat. Harga barang-barang kebutuhan di luar Pulau Jawa melonjak tajam, terutama di Papua. Tidak heran kalau mereka pergi ke tanah Jawa, mereka cenderung kaget dan mendadak menjadi kalap belanja karena harga barang-barang yang murahnya sudah kelewatan, terutama makanan.

Saat ini, masyarakat menaruh harapan besar kepada Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo yang mulai mencanangkan pembangunan infrastruktur prioritas di seluruh wilayah. Bukan hanya Pulau Jawa. Terbukti, ada banyak proyek yang diresmikan pria yang akrab disapa Jokowi itu, dalam rangka mendorong perekonomian nasional yang lebih baik dibanding sebelumnya. Sebagai warga, banyak harapan kami kepada Bapak perihal pembangunan infrastruktur Indonesia sentris.

Kediri, 1 Juli 2016

Luana Yunaneva

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun