Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbagi Cerita di Penghujung Bulan Penuh Cinta

1 Maret 2016   06:51 Diperbarui: 1 Maret 2016   07:59 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saling mendoakan

Kalau memang si dia memang Tuhan ciptakan untuk kita, didukung dengan doa kita setiap hari, lama-kelamaan tanda-Nya akan muncul. Salah satunya, si dia juga ikut mendoakan kita. Baik doa itu ia sampaikan kepada Tuhan seorang diri, atau mengutarakan keinginannya untuk berdoa bersama dengan kita. Apa itu artinya? Saling mendoakan. Apalagi?

Berpacaran

Ketika kedua belah pihak sudah saling mendoakan, berarti sinyal positif sudah ada dalam genggaman. Tapi pastikan kedua hal utama yang disebutkan di atas (seiman dan sepadan) sudah dimiliki dulu. Yang dilakukan saat pacaran, tentu saling mengenal. Mulai sifat, karakter, plus-minus, suka-tidak suka, dan lain-lain. Selain itu, melakukan kegiatan-kegiatan positifyang saling mendukung peningkatan kualitas keduanya. Kedengarannya lebay dan nggak gaul mungkin ya? Eits, siapa bilang? Kegiatan positif itu macam-macam jenisnya, nggak cuma belajar serius di perpustakaan ya (meski kegiatan itu bisa juga dilakukan, hehe). Kalau kita suka fotografi dan pasangan termasuk orang yang narsis, kenapa nggak berkolaborasi hunting foto bareng? Si dia menjadi model dan kita bisa meningkatkan kemampuan fotografi. Seru kan?

Bertunangan

Pacaran sudah serius, mau ngapain lagi kalau nggak bertunangan untuk mengikat hubungan. Namun statusnya masih belum menikah, jadi tetap nggak boleh macam-macam alias tetap menjaga kesucian diri sendiri dan pasangan.

Menikah

Setelah melewati perjuangan, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Married. Ini bukanlah akhir cerita cinta melainkan awal dari segalanya. Bersiaplah menghadapi lembaran baru bersama keluarga baru, yakni pasangan. Perjuangan lainnya siap menanti di depan mata.

Kurang lebih, pengalaman dan cerita itulah yang saya ingat ketika memasuki bulan Februari setiap tahun. Kalau sebagian orang berpendapat bahwa Valentine's Day tidak seharusnya dirayakan, ya kembali ke pribadi masing-masing. Kalau dirayakan dengan mabuk-mabukan, melakukan seks bebas serta hal-hal yang tidak dibenarkan agama dan hukum, jelas salah. Tapi kalau sekadar diambil esensinya untuk memberikan perhatian lebih kepada orang-orang terkasih, seperti orang tua, kakak, adik, suami, istri, pasangan, sahabat, dan teman-teman, tidak ada magasalah. Apalagi kalau cuma memberi cokelat, kue, dan kado. (Yang mau memberi saya kado juga boleh koq, hehehe). Setiap tahun saya menikmati esensi Valentine's Day dengan berkumpul dan bermain bersama teman-teman, juga saling menukar kado. Nggak dosa kan? Dan saya paling senang, kalau mendapat materi di gereja sseperti yang sudah saya bagikan di atas. Sudah beberapa kali mendengarnya sih, tapi nggak bosan juga. Hitung-hitung refreshing otak juga kan?

Semoga bermanfaat ya buat Kompasianers yang lagi galau di penghujung bulan (yang katanya) penuh cinta ini. Udah, jangan galau dan baper dech! Say “hi” to March aja karena siapa tahu cintamu hadir di bulan ini, ya kan?

“Hi, March!!! Be nice!!!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun