Mohon tunggu...
SUAR LSSPI
SUAR LSSPI Mohon Tunggu... -

SUAR (Suara Akar Rumput) adalah bagian dari LS2LP (Lembaga Studi Sosial Lingkungan @ Perkotaan)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ribetnya Koridor Masuk Stasiun Cikini

10 Januari 2015   00:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:27 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ribetnya Koridor Masuk Stasiun Cikini

Oleh:

Paulus Londo

Hari itu hujan lebat mengguyur Jakarta.Penumpangbaik yang hendak naik KRL maupun yang hendak keluar Stasiun Cikini cukup banyak.Meski membawa payung, seorang ibu yang menggendong bayi basah kuyup. Soalnya, untuk masuk stasiun, ia mesti melewati gang koridor selebar 1, 5 meter yang yang dibuat di atas trotoar. Koridor sepanjang sekitar 100 meter itu, tanpa atap dan dimalam haru juga gelap karena tanpa lampu.

Untuk stasion, fungsi koridor itu memang agak aneh. Sebab kemudahan akses bagi penumpang dan calon penumpang untuk keluar dan masuk area stasiun, terminal, bandara dan pelabuhan jadi pertimbangan penting. Keluar masuk penumpang dancalon penumpang mesti dipermudah. Tokh sudah tersedia palang otomatis yang hanya dapat dilewati dengan menggunakan kartu otomatis. Karena itu, pembuatan koridor sempit (hanya cukup 1 orang) terasa janggal dan aneh.

Konon, pembuatan koridor sempit itu untuk menghindari kemacetan di Jalan Cikini Raya karena banyaknya pengojek ngetem mencari penumpang. Kalau ini alasannya, tentu semakin aneh. Mengapa tak mampu mengatasi pengojek yang dipersulit penumpang dan calon penumpang.

Dulu ada beberapa penumpang mencoba loncat pagar menghindari koridor ini. Namun belakangan nyali penumpang ciut, sebabada beberapa anggota marinir yang menjaganya. Ini tentu semakin janggal lagi.Aneh memang, tapi itulah yang terjadi.

14207983801030603408
14207983801030603408


1420798531602705160
1420798531602705160

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun