Status lulusan salah satu kampus ternama tolak digaji Rp 8 juta yang menjadi viral dan memunculkan beragam komentar netizen (warganet). Bukan bermaksud latah, walaupun sudah banyak tanggapan, opini ataupun  artikel yang menulis tentang "kehebohan" ini. Tapi kami penasaran juga kalau tidak ikutan mengkritisi masalah tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Meskipun banyak yang belum terungkap atau terekspos dari latar belakang alumni kampus ternama tersebut menolak gaji tersebut yang katanya tidak sesuai dengan standar lulusan kampusnya.
Inilah gambaran nyata dari faktor preferensi merupakan penyebab lulusan sarjana menganggur, di mana masih banyak lulusan sarjana yang terlalu memilih-milih pekerjaan. Tidak mau melakukan sembarang pekerjaan karena dianggap tidak setara dengan kompetensi yang dimiliki. Disisi lain mereka meminta gaji yang terlalu tinggi. Tentu saja perusahaan tidak dapat mengabulkan keinginan mereka tersebut. Berbeda halnya misalkan mereka yang memiliki skill dan pengalaman kerja yang relevan.
Menentukan standar gaji, boleh atau tidak? Boleh saja. Jika merasa bisa memberi kontribusi lebih, sah-sah saja jika ingin meminta lebih. Tapi kemudian ingat kembali pada akhirnya, gaji besar bukan segala-galanya. Gaji itu sifatnya temporer, tapi pengalaman kerja, networking, dan lingkungan kerja yang kondusif punya pengaruh yang lebih permanen. Buat saya, tidak apa gaji kecil di awal asalkan bisa membuka jalan untuk masa depan yang lebih baik.
Memang seperti umumnya ketika sessi wawancara pasti yang ditanyakan adalah skills yaitu kecakapan dan keahlian yang sudah dikuasai. Ijazah hanyalah sebuah nilai yg sudah terlewatkan, tapi skill tidak. Skill tidak akan pernah lupa, dan apabila skill tersebut semakin di asah akan semakin meluap.
Banyak yang beranggapan Ijazah itu tidak penting, yang lebih penting adalah Skill. Sebenarnya tidak ada yang salah memang, karena banyak pihak beranggapan kebanyakan orang memiliki Ijazah namun tidak memiliki Skill. Jika di pikirkan jauh kedalam, ternyata Ijazah juga sangat penting dan Skill juga penting. Labih hebat jika anda memiliki keduanya ya kan?
Merendahkan universitas lain, boleh atau tidak? Jelas tidak boleh. Malu jika nanti ada lulusan kampus swasta yang ternyata karier-nya lebih cemerlang. Karier toh bukan soal ijazah, tapi soal kontribusi. Dan kontribusi bukan hanya soal hal-hal yang sifatnya teknis, tapi juga hal-hal non teknis seperti teamwork dan leadership. Bisakah orang yang memandang rendah lulusan universitas lain menjadi team player yang baik? I'm afraid not.
Ijazah luaran dari universitas ternama bukan menjadi tolak ukur utama kualitas seseorang? I don't think so. Ada banyak parameter lain yang harus dipertimbangkan selain Ijazah. Tidak dipungkir bahwa Ijazah dari Universitas ternama masih menjadi primadona bagi sebagian besar perusahaan di Indonesia.
Menganggap rendah perusahaan lokal, boleh atau tidak? Ini juga tidak boleh. Kalau fokus dia hanya gaji, perusahaan asing belum tentu menggaji lebih besar daripada perusahaan lokal. Kesempatan belajar di perusahaan lokal juga tidak kalah besarnya. Jangan lupa Indonesia banyak perusahaan lokal yang sudah go internasional.
Namun, dalam dunia kerja ijazah bukanlah satu-satunya syarat untuk meraih kesuksesan. Hal penting berikutnya adalah keahlian. Tidak peduli seberapa bagusnya ijazahmu, tanpa keahlian tertentu, Anda tidak akan bertahan dalam dunia kerja.
Saat ini, kebanyakan instansi atau perusahaan lebih mementingkan keahlian seseorang dibandingkan nilai di ijazahnya. Pernah kita sadari secara tidak langsung, banyak pekerja mahir, ahli lebih mudah mendapatkan pekerjaan walaupun bukan lulusan sarjana, dibanding pekerja tanpa skill bahkan nol sama skali namun memiliki ijazah sarjana.
Pekerjaa yg lebih pandai dan ahli pada bidang tertentu memiliki gaji lebih besar dibanding dengan pekerja dengan ijazah sarjana namun minim keahlian diberi gaji lebih kecil walau bekerja pada bidang yg sama dan kantor yg sama. Mengerjakan hal yg sama meski, pekerja  yg mahir tidak memiliki title sarjana akan lebih dihargai perusahaan dibanding pekerja yg memiliki title. Meskipun mereka bekerja pada pekerjaan keras atau pekerjaan terampil yg sama sekali tidak perlu ijasah.