Pagi itu saya bersama Komunitas Khatulistiwa, beranggotakan para mahasiswa pecinta sejarah dan budaya yang mengusung slogan Save Nature Save Culture in Your Adventure bergegas menuju satu pulau bersejarah. Pulau yang terlupa, di bagian Kepulauan Seribu.
Inilah rentetan dokumentasi saya agar kalian tahu betapa uniknya pulau yang akan kami kunjungi. Pulau Kelor.
[caption id="attachment_292598" align="aligncenter" width="467" caption="Tambak-tambak di tengah laut, menuju Pulau Kelor"][/caption] [caption id="attachment_292571" align="aligncenter" width="467" caption="Perahu yang kami gunakan untuk menyeberang dari Muara Angke"]
[caption id="attachment_292577" align="aligncenter" width="467" caption="Disambut jajaran tugu-tugu kecil di pinggir pantai saya ternyata merupakan perisai atau benteng benteng kecil untuk melindungi pulau dari serangan musuh kala itu"]
Dari penjelasan ketua rombongan saya tahu, pulau ini disebut juga Pulau Kherkof (pulau kuburan), karena digunakan untuk mengubur para pemberontak pribumi dan tahanan politik yang melawan Belanda. Ketua rombongan saya pernah menemukan tulang kering manusia saat tak sengaja menggali pasir di pulau ini.
Bahkan, dari yang saya dengar, ada yang mengatakan hal aneh tentang pulau ini, khususnya banteng Marcellocastel. Menurut orang-orang, dari dalam benteng yang menjadi latar belakang foto kami di atas sering terdengar suara kucing, padahal tidak ada kucing di pulau ini. Ada yang menghubungkan bahwa suara kucing itu adalah para penunggu tak kasat mata. Entah apakah itu mitos, atau fakta.
Intinya, kita harus tetap mencintai sejarah dan warisan budaya Indonesia. Memeliharanya dengan tidak merusak benda-benda cagar budaya yang ada dan membantu untuk menjaganya bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H