Mohon tunggu...
Sastri
Sastri Mohon Tunggu... -

A grateful wife and a mama who writes one a small sentence at a time. She enjoys taking pictures, traveling, reading, writing, cooking and gardening. She also appreciates a good cup of coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etiket Jurnalisme di Indonesia

18 April 2014   12:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:31 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-akhir ini banyak berita tersebar di sosial media mengenai pelecahan seks yang terjadi di JIS Cilandak. Di lihat dari judul beritanya saja sudah cukup membuat seseorang naik darah dan bersimpati kepada korban. Apalagi seorang Ibu seperti saya, begitu hancur rasanya hati saya seolah-olah hal yang keji itu terjadi pada anak saya sendiri. Yang saya sesalkan adalah bagaimana berita-berita yang terpublikasi tidak memilih kata-kata yang menyimpan rasa hormat terhadap korban. Seharusnya tidaklah harus di beberkan secara detail bagaimana pelecehan tersebut terjadi demi menghormati sang korban.

Menurut pengalaman saya, selama saya tinggal di negeri Paman Sam ini, dan saya pribadi sebagai mahasiswa yang spesialisasi dalam perlindungan anak dan sekaligus investigasi dalam hal pelecehan seksual. Biasanya laporan yang masuk ke dalam instansi perlindungan anak sifatnya adalah confidential alias tidak boleh di beberkan secara detail. Berita di publik biasanya hanya menggunakan kata-kata secara umum seperti "pelecehan seks", tanpa harus menggambarkan bagaimana peristiwa yang traumatis itu terjadi.

Pendapat saya yang lain, korban kelak akan tumbuh menjadi dewasa. Berita yang terpublikasi akan selamanya ada di database. Kalau seandainya korban tersebut tidak sengaja membaca berita itu, korban bisa mengalami trauma lagi. Menurut saya, media masa serasa mengambil kesempatan untuk menggembor-nggemborkan hal yang tragis ini untuk mendapatkan banyak pembaca. Di sisi lain saya setuju sekali betapa pentingnya untuk mengingatkan publik mengenai hal ini, supaya kejadian seperti itu tidak terjadi lagi dan berharap pelaku-pelaku kejahatan itu mendapat hukuman yang setimpal.

Akhir kata, jurnalism Indonesia masih punya banyak PR atau mungkinkah itu budaya masyarakat kita yang terbawa dalam dunia jurnalism? Bayangkan saja, seandainya hal ini terjadi pada anak anda, bagaimanakah tanggapan anda tentang berita-berita di luar sana yang menulis kekejian itu secara detail tiada sembing aling-aling kata orang jawa.

Salam,

MM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun