"Kalau kau tak tahu malu, berbuatlah sesukamu", Al Hadist... Kalimat itu sepintas hanyalah sederet kata-kata di salah satu wall salah satu post kawan saya - pun - menjadi kawan di FB karena saya tertarik dengan tulisannya dan jumlah temannya di Fb yang luar biasa banyak - Namun, on a second thought - saya tengok lagi kalimat itu - terbayang semua perbuataanku di masa lalu yang jika Nabi tahu, pasti beliau geleng - geleng kepala - Bagai seorang ayah yang dengan tangan terlipat di belakang, menggelengkan kepalanya, setiap melihat saya berlama lama berbicara dengan mahasiswa, atau kolega dosen, padahal adzan sudah hampir... La Illahaillalhu - berakhir. Masih juga kuat berjalan sama anak di Mall, padahal HP sudah mengumandangkan adzan Maghrib 15 menit yang lalu... Tega - teganya makan dan minum di depan orang puasa - meski sedang halangan puasa. Di panggil ibu makan malam bilang Iya Mi.., alih alih turun makan, malah semakin asyik di komputer... Melewati Masjid yang telah mengumandangkan adzan, tapi tidak mampir, karena malas parkir dan berharap bisa sampai rumah saja 15 menit lagi, tak tahunya kena macet, akhirnya terlewatlah Isa'... Well, excuses excuses.
Tiba tiba mataku panas, kacamataku kabur, lha ini pipiku basah oleh air mata. Aku menangis? Mengapa? karena aku kangen pada seseorang. Seseorang itu Nabi. Coba kalau aku tidak sedang halangan, aku pasti akan sholat dan lapor pad Big Boss dan bertanya ya Allah mengapa aku kangen pada Nabi saat ini. Rasa kangen yang sangat menyiksa, karena tahu pasti tidak akan dapat telepon atau sms Beliau.. sekedar berbicara atau mendapat sms balasan. Anda tahu kan rasanya kangen yang tidak berbalas? Dada rasanya mau meledak. Nafas memburu cepat. Tahu tahu aku sudah kesulitan bernafas, karena hidung ini buntu, tersumbat oleh ingus...
Aku, kangen sama Nabi? Pada saat radio di belakang memutar lagunya Nidji?, diikuti lagunya Welcome to Mylife? Iya, kalau aku ini anggota setia sebuah pengajian tertentu, atau fasih bershalawat. Pantaslah aku di masukkan kedalam deretan mereka yang "Rindu Nabi" and the gang. Aku? Tidak ada deh potongan religius, lha wong Alif Ba Ta saja tidak hafal, kecuali jilbab yang aku kenakan. Inipun aku kenakan karena aku ingin terpacu belajar agama lebih kenceng. Eh, pakai jilbab kok tidak bisa ngaji.. nah itu motivasiku memakai jilbab, supaya ada rasa malu dan outcomenya belajar ngaji. Tuh kan, excuse lagi..
Setelah aku sesenggukan menangis, sedikit kesulitan bernafas karena harus berkompetisi antara beringus dan bernafas, akhirnya reda juga tangis kangen tadi. Ini hati kok ya tentram dan adem rasanya.. wuihh, bagaimana ya rasanya jika aku betul betul bertemu Beliau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H