Mohon tunggu...
Lucky Roza Nugroho
Lucky Roza Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNJANI

Mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani, Jurusan Teknik Elektro

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asian Value dari Tokoh Kebangsaan: Djoeanda Kartawidjaja

25 Juni 2024   21:25 Diperbarui: 25 Juni 2024   21:28 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Bandung Bergerak dot id.

Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja yang dalam EYD ditulis menjadi Juanda Kartawijaya merupakan tokoh nasional yang berasal dari tanah pasundan. Beliau lahir di Tasikmalaya 14 Januari 1911 yang dari sejak kecil mendapatkan akses untuk menempuh pendidikan formal. Nilai ketekunan dalam belajar menjadi "Asian Value" pertama yang dapat diteladani dari kehidupan beliau. 

Akses menempuh pendidikan formal sejak dini yang diterimanya dibalas dengan sebuah gelar "Civil Ingineur" di tahun 1933. Selama menempuh pendidikan beliau juga aktif dalam organisasi yaitu Paguyuban Pasundan: sebuah wadah yang bertujuan untuk melestarikan budaya Sunda dengan melibatkan seluruh masyarakat yang peduli terhadap budaya Sunda. Asian Value pertama ini terdengar asing bagi masyarakat yang akses untuk mendapatkan pendidikannya cukup sulit, namun patut kita tiru semangat beliau untuk belajar dan menuntaskan tanggung jawab pendidikannya.

Asian Value kedua yang dapat dilihat dari seorang Juanda Kartawijaya beliau aktif untuk ikut mencerdaskan kehidupan lingkungannya. Setelah lulus dari pendidikan formalnya beliau mengabdi untuk memberikan pengetahuan di tengah masyarakat. Beliau mengajar di SMA Muhammadiyah Jakarta selama 4 tahun dari 1933 hingga 1937. Sembari mengajar di SMA beliau juga menjadi asisten dosen di Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandung) yang saat ini dikenal dengan nama ITB. Nilai kedua dari seorang Juanda sepertinya tidak terlalu terasa oleh generasi saat ini. 

Generasi saat ini lebih mementingkan golongannya atau lingkaran terdekatnya yang "satu kelas". Hal seperti ini yang seharusnya diubah dengan sedikit lebih sedikit untuk memiliki empati mencerdaskan lingkungannya tanpa pandang kelas ataupun golongan. Namun pengabdian mengajar Ir. Juanda tidak berlangsung lama sebab beliau mengubah jalur pengabdiannya ke dinas pemerintahan.

Ir. Juanda pada masa pengabdiannya di pemerintahan berawal sebagai pegawai Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat, Hindia Belanda yang kemudian setelah Indonesia merdeka beliau memimpin pemuda untuk mengambil alih Jawatan Kereta Api dari pihak Jepang disusul dengan Jawatan Pertambangan, Keresidenan, Kotapraja, serta objek militer yang berada di gudang utara Bandung. Atas kontribusinya tersebut Pemerintah Indonesia saat ini menganugrahi Juanda sebagai Kepala Jawatan Kereta Api Jawa dan Madura. Tak berlangsung lama menjabat sebagai Kepala Jawatan, beliau diangkat menjadi Menteri Perhubungan pada tahun 1946. 


Setelah masuk kedalam lingkaran eksekutif pemerintahan beliau juga sempat diberikan berbagai macam jabatan menteri seperti Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Keuangan, Menteri Pertahanan bahkan Perdana Menteri sehingga beliau dijuliki sebagai Menteri Marathon di kalangan pers. Nilai yang dapat dilihat dan diteladani dari keberadaan beliau di pemerintahan ialah mampu memberikan terbaik atas setiap tanggung jawab yang sedang diampu. Hal ini dapat disebut sebagai Asian Value ketiga jika dihubungkan dengan masyarakat saat ini yang melakukan beragam multitasking dan tetap memberikan usaha yang semaksimal mungkin.

Sumber: Bandung Outbound dot com.
Sumber: Bandung Outbound dot com.

Hal yang paling terasa ketika beliau menjabat di pemerintahan ialah adanya "Deklarasi Juanda". Deklarasi ini secara ringkas menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia dengan beragam kepulauan yang memiliki coraknya merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Deklarasi ini juga digunakan untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI serta mengatur lalu lintas pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI. Beliau wafat pada tahun 1963 di Jakarta akibat serangan jantung. Untuk mengenang jasa beliau, nama beliau digunakan sebagai nama lapangan terbang di Surabaya (Bandara Juanda), nama hutan raya di Bandung (Tahura Juanda) yang didalamnya terdapat museum dan monumen Ir. Juanda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun