Mohon tunggu...
lensa unmuha
lensa unmuha Mohon Tunggu... -

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Aceh, produk yang dikeluarkan setiap bulan bernama Tabloid Lensa. LPM Lensa Unmuha Konsen terhadap issue-issue hak-hak dasar masyarakat kampus serta masyarakat luas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jati Diri Muslim dalam Kerangka Globalisasi

17 Februari 2011   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:31 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12979282601488889573

Oleh : Muhammad Fazil

Sekretaris Jenderal BEMA IAIN Ar-Raniry

Globalisasi memberikan dampak yang luas terhadap perubahan nilai dan norma kehidupan manusia menuju masyarakat tradisional yang baru. Kenyataan ini mendorong lahirnya berbagai pola kehidupan individual dan masyarakat yang bergumul didalamnya. Dalam masyarakat yang demikian kedudukan ilmu dan teknologi sangat urgen, karena corak kebudayaan manusia ditentukan oleh kehandalannya dalam menyerap dan menginternalisir kesadaran terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam infrastruktur suatu bangsa.

Sementara itu watak ilmu dan teknologi yang berwajah ganda, yakni disatu sisi memberimanfaat bagi manusia, tetapi di lain pihak dapat merusak dan menghancurkan manusia dengan segala sistem kehidupannya. Pengalaman historis selama ini menunjukkan bahwa kemajuan sekarang yang sedang dinikmati manusia semata-mata hanya bersandar sepenuhnya pada kesadaran ilmu telah mengamputasikesadaran nilai-nilai transendental-religius manusia.

Dalam upaya menangkal gejala pembangunan yang hanya bertumpu pada dimensi sains dan teknologi seperti di atas, maka dirasakan betapa perlunya upaya mencari terobosan alternatif yang baru dan segar, dimana ilmu dan teknologi yang berkembang haruslah berakar pada alas etik yang bertumpu pada kekuatan transendental ilahi, keadilan, dan kemanusiaan dalam sinaran situasi yang religius. Dengan demikian, peranan agama dalam menentukan arah globalisasi saat ini dan dalam memberiwarna atas kehidupan masyarakat amatlah penting sejauh fungsi transformatif darinya diletakkan di atas dasar-dasar legitimasi keagamaan dan dasar-dasar profetisme keagamaan. Akan tetapi, muatan tersebut haruslah dikemas dengan mempertimbangkan sisi sosial dan budaya dimana manusia (muslim) berada dalam situasi subjektif (lokal/regional).

Al-qur’an yang merupakan substansi kreatif dan transendental adalah sumber inspirasi kehidupan manusia. Secara ideal hal itu ditunjukkan dan terefleksi dalam seluruh perjalanan biografi perjuangan Rasulullah SAW dalam suatu bentuk kesatuan ahklak. Oleh karena itu, proses obyektifikasi nilai-nilai Al-qur’an oleh Rasulullah dapat dinalari oleh ummat Islam. Penalaran tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan historis-kultural dan historis-sosiologis melalui sunnah dan hadist. Meskipun demikian dari segi transendentalisme ahklak, dimana tauhid menjadi paradigma tunggal pendekatan yang bersifat ilmiah semata tidaklah akan mampu menangkap makna yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi secara fenomenal manusia dapat menangkap segi tersebut dengan cara yang bersifat kreatif melalui proses penghayatan pada nilai-nilai yang terkandung dalam doktrin tauhid.

Ahklak yang berparadigma tauhid mengandung konsekuensi yang fundamental dan radikal. Ia akan mampu memainkan peranan sebagai kekuatan transformatif terhadap tata susunan pribadi (akal budi), yang pada taraf selanjutnya berimplikasi ke dalam realitas kehidupan modern. Atas dasar kekuatan transformatif itulah etika dapat diharapkan melahirkan dunia baru yang relevan dengan tantangan kehidupan manusia, yang dengan demikian menjadikan etika tersebut sebagai etika pembebasan yang mampu menghantarkan manusia dari kondisi buruk ke arah kondisi baik dan dari kondisi baik ke arah kondisi yang lebih baik lagi.

Ahklak Islam yang bercorak transformatif di atas menjadikan diri dan masyarakat muslim selalu memiliki visi, pandangan dan sikap bahwa pilihan-pilihan yang telah ada dan prestasi penciptaan tatanan yang paling baik sekalipun bukanlah hasil akhir dan paripurna. Oleh karena itu,secara esoteris, jati diri muslim tampak pada transformatif tauhid dalam totalitas sikap batin atau akal budinya yang kreatif. Sementara secara eksoterik tercermin pada gairah dan daya getar dalam amal perbuatan yang selalu cenderung menemukan dunianya secara lebih baik. Dengan demikian, bagi muslim realitas yang dihadapinya dianggap sebagai tantangan yang harus dijawab, digeluti, dan digumuli secara kreatif, bukan dijauhi maupun bersikap status quo.

Dari sudut budaya, globalisasi dapat dipandang sebagai gejala-gejala yang memiliki 3 arus yang kuat; pertama, adanya dominasi semangat barat yang merupakan warisan masa lalu. Kedua, adanya ketergantungan antara dunia yang telah maju dengan dunia berkembang, dan ketiga, perubahan stuktur pasar International. Semua kecenderungan diatas terkait erat oleh perkembangan dan penggunaan dimensi sains dan teknologi modern. Fenomena ini tentu saja akan mengakibatkan berbagai pergeseran nilai lama ke arah nilai baru, yang akan bermuara pada munculnya masyarakat industrial-sekuler, dimana agama mengalami “privatisasi”.

Dalam masyarakat seperti itu lembaga-lembaga keagamaan (religious institution) akan menghadapi disorganisasional, sementara kesadaran baru beragama akan bangkit seiring dengan perubahan struktur masyarakat masing-masing. Sementara itu, masyarakat lebih cenderung berpegang pada ilmu dan teknologi dalam memecahkan berbagai persoalan kemanusiaan, seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial dan ekonomi, dan sebagainya. Dalam situasi seperti itu, kesadaran baru manusia muslim perlu memberikan respon pemikiran yang cerdas dan segar dalam menghadapi tanpa harus meninggalkan jati drinya.

Penulis merupakan mahasiswa fakultas tarbiyah dan Sektretaris Jendral Pemerintahan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun