Terinspirasi dari artikel ‘Pengamen Indonesia di Tokyo’ yang ditulis oleh Bapak Junanto Herdiawan, saya tertarik untuk menulis sedikit tentang para pengamen di Indonesia. Melihat apa yang telah ditulis oleh Bapak Junanto dan melihat aksi pengamen Jepang melalui film dan drama, sudah dapat saya pastikan bahwa pengamen di Jepang bukanlah pengamen biasa. Mereka semua memiliki bakat yang menarik, berbeda dengan para pengamen di Indonesia pada umumnya. Banyak dari kita yang merasa bahwa pengamen Indonesia itu sangat mengganggu dan menyebalkan.
Ya, dapat dikatakan bahwa kebanyakan pengamen Indonesia itu sangat mengganggu dan bahkan hanya bisa menjadi beban negara. Mereka bukannya tidak mampu untuk mencari pekerjaan yang lebih layak, namun mereka tidak memiliki niat atau pun usaha, atau dalam kata lain malas. Dari waktu ke waktu, jumlah pengamen di Indonesia pun semakin banyak dan kita bisa sering menemukan mereka di kota-kota besar seperti di angkutan umum, rumah makan atau pun warteg.
Pengamen itu malas. Pengamen itu mengganggu. Pengamen itu suaranya jelek. Pengamen itu menakutkan. Image pengamen di mata masyarakat Indonesia memang buruk. Bisa dihitung dengan jari kualitas suara para pengamen yang enak untuk didengar. Anak-anak punk yang menjadi pengamen pun tidak jarang membuat masyarakat resah karena banyak dari mereka yang sering mengancam jika tidak diberi uang. Banyak juga pengamen-pengamen (khususnya di kota besar seperti Jakarta) yang nekat menggores kendaraan jika mereka tidak diberi uang. Hal-hal di ataslah yang membuat masyarakat Indonesia tidak suka dengan yang namanya pengamen.
Kini, sudah saatnya bagi kita atau pun saudara dan teman kita yang suka dalam menyelesaikan masalah sosial membantu mereka untuk menjadi manusia yang lebih layak. Orang-orang yang aktif dalam kegiatan sosial bisa membantu para pengamen Indonesia untuk menjadi pengamen yang ‘unik’. Mungkin bisa dimulai dengan mengumpulkan beberapa pengamen, lalu menunjukkan mereka video tentang para pengamen di Jepang atau bagaimana pengamen Jepang menghasilkan uang (seperti menjual CD hasil karya sendiri) sebagai contoh. Melalui salah satu cara ini, diharapkan mereka bisa terinspirasi untuk menjadi pengamen yang menarik dan unik. Mungkin kualitas suara mereka tidaklah terlalu bagus, namun mereka bisa mulai menciptakan sesuatu seperti lagu yang enak untuk didengar meskipun itu hanyalah lagu sederhana. Selain itu, ada kalanya mereka juga dikumpulkan untuk diberi pengarahan agar menjadi pengamen yang tidak menakutkan dan menyebalkan.
Pengamen yang layak itu adalah pengamen yang unik dan menghibur sehingga memiliki sesuatu yang dijual seperti pengamen-pengamen di Jepang. Maka dari itu, kita apalagi seseorang yang ahli dalam bidang musik sudah seharusnya dapat membantu para pengamen di daerahnya untuk menjadi pengamen yang unik dan memiliki sesuatu yang pantas untuk dijual. Kisah para pengamen di Jepang merupakan salah satu alternatif yang dapat dibagikan kepada para pengamen Indonesia untuk melahirkan jiwa kreatif mereka dalam mengamen. Mengamen bukan untuk meminta-minta namun mengamen untuk bekerja dan berkarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H